Ujung Kulon: Prolog

Welcome to Peucang

Welcome to Peucang

Rencana untuk pergi ke Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sudah datang dua tahun lalu, sayangnya karena kurang uang dan perencanaan maka gagal lah rencana tersebut. Kemudian, beberapa bulan lalu saya mendapat ajakan dari teman saya, Dara, untuk gabung ke trip TNUK ini. Awalnya sempat ragu karena kami akan memakai travel agent (sebelumnya saya tidak pernah menggunakan travel agent untuk bepergian), dengan budget 650.000rp dan trip selama (efektifnya) 2hari. Untungnya, Pulau Peucang masuk dalam daftar itinerary nya, jadi lah saya sangat tertarik. Mengingat jarangnya transportasi umum kesana, dan tidak ada regular boat untuk ke Pulau Peucang, maka ini merupakan kesempatan yang sayang kalau tidak diambil. Sebulan sebelum trip ini, saya sudah harus bayar down payment (DP) setengah harga nya. Kebetulan, setelah deal dengan trip ini saya langsung ke Maluku Utara untuk kerja selama tiga minggu. Jadi, ibarat pulang dari surga nya alam, kembali lagi ke surga yang lain. wihiii

Setelah hidup hampir sebulan di Halmahera, dengan pemandangan teluk di halaman belakang rumah, membuat Jakarta terasa sangat sumpek dan lebih memuakkan setelah saya pulang. Tak perlu menunggu lebih lama dari seminggu, akhirnya saya langsung ngetrip dengan beberapa teman kuliah ditambah teman kuliahnya teman (kalau dijelasin akan panjang). Pokoknya total peserta trip TNUK ini berjumah empat belas orang. Setengahnya sudah saya kenal sebelumnya, sisanya teman baru.

Kami berangkat dari gatot subroto dengan bus travel yang panjang. Ditemani seorang guide bernama Danang, dan seorang bapak supir dengan keahlian handal. Pertama-tama, kami akan menuju ke Sumur, sebuah daerah di Banten. Perjalanan Jakarta-Sumur memakan waktu sekitar 7 jam. Kemudian kami akan sarapan dulu di rumah warga, rumah yang sangat bersih untuk ukuran di desa nelayan. Bersamaan dengan munculnya matahari, kami siap naik ke perahu kecil untuk kemudian pindah ke kapal besar yang akan menerjang ombak bersama selama tiga jam ke depan. Saya baru tahu, ternyata Pulau Umang sangat dekat dari Sumur. Disana ada sejenis ‘dome’ yang mungkin berguna sebagai aula. Kirain bakal mampir disana, tau nya hanya ngelewatin. Tapi dilihat sekelebat sih biasa aja. dan saya pun tidak sabar menanti wujud Pulau Peucang nanti.

Ujung Kulon

Selama perjalanan saya melihat banyak tambak ikan. Rute kami adalah menyusuri tepian Pulau Jawa. Sepanjang perjalanan banyak sekali melihat pasir pantai putih yang nganggur. Teman saya terlihat sangat gemes melihatnya, sampai mau nyuruh nahkoda nya berhenti dan menepi. Kalau saja dia tahu, bahwa kapal besar ini butuh dermaga, dan saya tidak rela basah-basahan sebelum sampai Pulau Peucang, ditambah tidak bisa berenang. haha Akhirnya jejeran pantai pasir putih yang nganggur itu hanya dilewati. Selain pantai bagus, mata ini juga jelalatan disuguhi burung-burung liar yang beterbangan. Maklum, biasanya cuma melihat di kebun binatang. Terlihat juga moncong Krakatau dari kejauhan. Saya ingat betul, dulu ketika ingin kesini sampai ketakutan kalau tiba-tiba krakatau meletus, dan memang ketakutan berlebih tidak akan membawa kamu kemana mana. Ada juga Pulau Panaitan yang mengisi bingkai lautan, saya penasaran sama pulau itu, apakah ada penghuni nya? apakah kita bisa kesana? apakah ada harta karun? penasaran kan? dan Saya juga baru tahu, di ujung Jawa ini ada gunung, walaupun kecil dan pendek.

Dioper dari kapal besar ke perahu kecil untuk ke UK

Sambil terkantuk-kantuk, saya bersantai sambil membaca. Layaknya bule-bule yang berlayar keliling dunia, saya juga boleh dong gaya? hehe seru yah, baca buku, selonjoran kaki, diayunin ombak, dan ditiup semilir angin sejuk. Belum lagi pemandangan di depan mata menjadi distraksi terbesar dari untaian kata di buku. Jadi susah fokus.

Tiga jam mengarungi Selat Sunda, akhirnya saya disambut oleh sebuah pulau yang dinanti. Kumpulan kapal bersandar di dermaganya dan kilatan pasir putih di depan mata bikin saya melek. Ketika ingin melangkah ke dermaga tak sengaja mata saya menengok ke perairan di bawahnya. Warnanya gelap. Ternyata itu kumpulan ikan kecil yang mengerubungi bawah dermaga. Seru banget! Sambil berjalan mata saya jelalatan mencari rusa, ternyata disana memang banyak rusa dan lebih banyak lagi babi hutan ditambah monyet. Welcome to the national park, lets get wild. hahaha

Selamat datang di TNUK

1 tanggapan pada “Ujung Kulon: Prolog”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.