
Bermain di pantai Pulau Peucang
Trekking Cibom-Tanjung Layar
Tanjung Layar
Setelah berberes dan membagi kamar, kami bersiap meluncur lagi ke Cibom dan dilanjutkan trekking ke Tanjung Layar. Perjalanan dari Pulau Peucang menuju Cibom ditempuh dengan kapal kayu selama lebih dari setengah jam. Nampaknya kita akan menuju ujungnya Jawa. Tidak ada nya dermaga di Cibom membuat kami harus berpindah ke fiber boat yang lebih kecil untuk bisa menepi di Cibom.
Dari sana kami mulai berjalan membelah rerimbunan pohon. Banyak juga pohon yang tumbang dan membuat kami mesti berjalan menunduk di bawah batang pohon atau pun meloncat. Udara disana begitu padat, serasa tercekat. Hawa mistisnya berasa sedang ikutan uji nyali. Beberapa kali kami menemui jejak kaki banteng, jadi was-was karena saya sedang memakai topi berwarna merah. Perjalanan menuju Tanjung Layar terasa jauh banget, lebih jauh dari pada trekking di Pulau Komodo, tapi rasanya waktu trekking di Pulau Komodo terasa lebih lama karena saya super was-was takut ada anak komodo jatuh di kepala dan kemudian menggigit leher bak drakula atau ada komodo dewasa yang menyelengkat dan menjilat kaki saya. hiii super paranoid ya.. Ya setidaknya di Cibom tidak ada komodo kan.
Tanjung Layar
Sepanjang perjalanan, kami juga ditemani oleh deburan ombak dipadu kicauan burung. Setelah setengah jam berjalan kami sampai di Tanjung Layar. Awalnya kami disambut oleh bangunan tua bekas Belanda. Bangunan itu dulunya bekas penjara, yang sekarang pun masih terlihat jelas bentuk bangunannya. Di Atas nya juga terdapat mercusuar peninggalan Belanda yang sekarang hanya menyisakan puing-puingnya. Pada ujung paling barat Pulau Jawa, Tanjung Layar, terdapat deretan karang yang menjulang tinggi. Sangat menarik bagi pecinta panjat tebing. Hal yang membuat Tanjung Layar menarik adalah jika kamu pecinta fotografi, kamu akan menemukan spot seru untuk foto slow speed. Ombak dari Samudera Hindia tersebut kadang susah diprediksi dan dengan sangat bernafsu menghajar karang-karang di tepian tanjung.
Sayangnya tidak ada rute yang berbeda untuk balik ke Cibom, jadinya kami mesti balik lagi dengan rute yang sama. Seluruh peserta trip langsung menarik napas panjang dan semua kompak teriak “Lapeeeer”. Makan siang menjadi motivasi kita berikutnya untuk berjalan cepat balik ke Pulau Peucang.
View of Tanjung Layar
Snorkling
Snorkling di Ujung Kulon
Sehabis makan siang, agenda berikutnya adalah snorkling. Siapa sih yang ga minat? Saya juga penasaran bagaimana keindahan bawah laut di Ujung Kulon. Kalau dari pemandangan pantainya sih JUARA! Rute snorkling pertama adalah di dekat dermaga Cidaon, seberang Pulau Peucang. Saya ga sempat melihat terumbu karangnya, dikarenakan masih belum bisa beradaptasi dengan air laut, maklum gak bisa berenang dan panikan dengan air dalam. Tapi kata temen yang nyemplung sih visibilitynya kurang bagus, jarang ikan, dan terumbu karangnya tidak kaya warna. Lalu, berpindah lah kami ke tepian Pulau Peucang. Disana saya baru bisa nyebur, visibility nya bagus dan terlihat jelas terumbu karangnya. Beberapa ikan berkumpul ketika kami menyebarkan roti. Intinya, laut di perairan Ujung Kulon masih bersih, dan cukup bisa dinikmati dengan snorkling, mungkin saja kalau kamu bisa diving disana akan lebih bisa menikmati keindahannya.
Snorkling
Underwater UK
Cidaon
Sehabis snorkling, kapal langsung melaju ke arah Cidaon. Yep, tujuan kami selanjutnya adalah padang rumput Cidaon. Cidaon ini terletak di Pulau Jawa. Cukup trekking sebentar (15 menit) langsung sampai di tempat observasi binatang di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepanjang perjalanan kami melewati banyak lubang, yang entah rumah kepiting atau.. ular. Makanya jalan jadi cepat. Ditambah hawa mistis hadir ketika trekking karena hari sudah mulai sore. Dari lebatnya hutan, muncul lah padang rumput yang tidak begitu luas. Dari kejauhan kita bisa melihat aktivitas hewan-hewan di balik rimbun rerumputan. Terlihat sekumpulan banteng jawa, rusa, dan burung merak.
Keunikan dari banteng jawa adalah keseluruhan badan nya berwarna coklat namun tidak pada bokongnya. Mungkin akibat sunblock atau pemutih berlebih, jadinya bokongnya putih sendiri. Persis seperti telur dadar nempel di pantat, dengan bulat telur di bagian dubur. Tak seperti banteng yang dimainkan oleh matador, banteng disini katanya penakut. Kalau kita mendekat mereka akan kabur. Ya tapi jangan coba untuk mengganggu, serem kan kalau dikeroyok banteng se-ujung kulon. Kawanan burung merak tak kalah eksotisnya, sayangnya karena bukan musim kawin jadi bulu mereka menguncup.
Diakhir dengan foto bersama, kami langsung kembali ke kapal dan menunggu sunset di dermaga Cidaon. Setelah sunset muncul, lalu kami kembali ke kapal dan balik ke Pulau Peucang. Sebuah hari yang penuh petualangan dengan kembali ke alam. Hari itu ditutup oleh siluet burung-burung yang terbang di atas langit oranye, seperti halnya mereka, kami kembali pulang ke lodge di Pulau Peucang.