Ketika bangun, langit sudah terang. Tidur saya nyenyak juga di Tan Son Nhat Airport, Saigon. Sebelum beranjak dari bandara, saya bersih-bersih diri dulu. Malamnya sudah saya sempatkan untuk mencari penginapan di sekitar pusat kota Saigon. Rencana awal memang saya tidak mau lama-lama di sana, namun bagaimana lagi, rasanya badan sudah ga enak, butuh istirahat. Sekitar jam 7 pagi, saya baru beranjak dari bandara dengan bus yang mangkal di depan pintu kedatangan.
Tips buat kamu yang mau murah tanpa tipu muslihat dari supir taksi. Tersedia bus dari Tan Son Nhat menuju Ben Thanh Market, dengan nomor bus 152, bus berwarna putih. Sayangnya jam operasionalnya hanya dari jam 6 pagi hingga 6 sore. Tarifnya benar-benar murah, 4000 dong atau sekitar 2000rupiah. Makanya untuk menyiasati ini, saya sampai nginap di bandara. hehe
Sepanjang perjalanan menuju Ben Tanh atau pusat kota, saya melihat kemiripan kota Saigon dengan pinggiran Jakarta. Sejauh saya melihat sih lingkungannya bersih dan rapih. Saya pun belum melihat keramaian motor seperti gosip yang beredar. Perjalanan dari bandara ke pusat kota hanya memakan waktu setengah jam. Relatif sebentar kok.
Bus berhenti di terminal pusat, seberang pasar Ben Thanh. Semua bus kota berpusat disini, namun sayangnya bus kota ini jarang yang berhenti atau lewat dekat dengan objek wisata. Jaraknya selalu berjauhan. Ya, kalaupun kamu berpuas diri, kamu cukup jalan kaki kok di sekitar pusat kota Saigon. Sejujurnya saya kurang ada gambaran mengenai kota ini, niat awal saya tau gak mau ngapain? cuma mau makan siang Pho di dekat Ben Thanh yang masuk No Reservation nya Antony Bourdain. hehe Siapa sangka saya malah memutuskan menginap di Saigon.
Penginapan murah biasanya bisa didapatkan di kawasan backpacker. Nah, dimana sih kawasan backpacker di Saigon ini? Semalaman saya di bandara mencari penginapan, baru lah saya tahu bahwa kawasan backpacker di Saigon itu adalah di Pham Ngu Lao. Awalnya saya bingung, bagaimana caranya ke jalan itu dari Ben Thanh, namun berkat teknologi zaman sekarang, untunglah ada yang namanya Google Maps. Saya sarapan dan numpang internetan di Circle K di samping pasar Ben Thanh. Kemudian setelah mendapatkan jalur navigasi ke jalan Pham Ngu Lao, saya langsung jalan ke arah yang ternyata kebalikan dari jalan Pham Ngu Lao, yaitu jalan Le Loi. Sambil kebingungan dan hampir ditabrak motor, saya baru engeh, Loh kok rasanya jalan enak gini ya.. hmm pundak kok ringan, gak ada beban.. kemudian DORRR!! “BACKPACK GUE MANAAA????” timbul berbagai macam pertanyaan “TADI GUE DIHIPNOTIS SIAPA?” “Tadi gue lepas dimana tuh tas??” “KAMERA GUEEEEEE??????”. Saya langsung berlari ke Circle K. Itu lah tempat terakhir saya, setidaknya yang saya ingat. Maklum sudah capek banget dan tepar, belum lagi kebelet b-a-b.
Saat berlari menerobos jalanan penuh motor yang bagaikan lebah itu lah saya menjadi seperti super hero. Bayangkan, saya berlari zig-zag menghindari setiap motor-mobil yang lewat. Berlari menggunakan insting, menyebrang tanpa menengok kanan kiri. Huh hah.. akhirnya saya sampai di Circle K dan penjaganya panik melihat tampang ngos-ngosan saya. Ternyata tas saya masih berada di bawah meja di dalam Circle K. Gilaaa! pikiran buruk sudah banyak banget menghampiri. Syukur laah.. masalahnya, tiket pesawat, sisa uang, dan kamera, semuanya berada di tas. Dari situ lah saya baru bertanya dimana letak jalan Pham Ngu Lao.
Walaupun sempat nyasar dikit, akhirnya sampai juga di kawasan backpacker ini. Saya sudah punya daftar penginapan yang bisa ditempati, pastinya sesuai harga. Tanpa sadar, saya menemukan hostel yang ada di list saya. Namanya Nga Hoa Hostel. Tempatnya agak masuk ke dalam gang sempit. Tarif untuk dormitory nya adalah 5 USD/malam. Itu sudah termasuk breakfast, yaitu roti baguettes. Satu kamar dorm tersediaa 4 bunk bed dan single bed. Wah kebetulan banget tinggal tersisa satu. Sewaktu masuk pertama kali, saya disapa oleh se-gank China, tiga perempuan dan dua orang cowok. Satu orang bule Australia. Dua orang lagi dari Inggris, yang satu orang mirip Adam Levine.
Nga Hoa Hostel bagus ga? coba deh kamu baca review nya di hostelworld.com. Walaupun awalnya agak meragukan, namun saya gak punya pilihan lain, ehem.. atau saya males mencari-cari lagi. Sesuai review, kamar nya bersih, berAC, kadang ada air panasnya, sarapan beneran gratis, laundry bayar, loker gak berkunci, dapet handuk, ada TV, ada hair drier, dan tersedia Lonely Planet. Semuanya buat saya asik asik saja sampai ada satu permasalahan. Toiletnya di dalam kamar, dengan hanya sekat-sekat, yang kalau kamu buang hajat akan kedengeran suara cemplung dan lain lainnya. Kamar mandi juga gak berkunci. Wihii jadi siap-siap aja diajak mandi bareng. Ya.. buat kamu yang kepepet seperti saya sih, hostel ini lumayan juga. Lokasinya sih enak.
Pertama kalinya buat saya tidur di dormitory, dapet teman banyak. Walaupun banyak yang bilang banyak tukang tipu di kota ini dan dengan segala ke-zonk-an nya, saya sih belum mau berburuk sangka dengan kota ini, malahan saya ngerasa akan nambah malam disini. hihi yaa lihat aja nanti.
boleh ya mas menginap di bandara ?
ga ada yang ngelarang sih waktu itu
tidurnya di bagian mananya mas ?
cari aja restoran kosong mba
Eh kak mau nanya.. City hall dari ben tanh market itu dekat gak sih? Trus kalau mau balik ke bandara dari ben tanh market gimana caranya ? *selain naik taksi.
Deket sih, lumayan kalau jalan kaki, 15 menit mungkin? sudah agak lupa. Kalau dari Benh Tanh naik bus warna putih aja, cari yang ke bandara.
kalo dari saigon mau ke myanmar naik apa yaa …
Naik pesawat mba, gak tau ada atau engga, setahu saya dari Bangkok atau dari KL bisa naik pesawat.
Orang baik selalu dilindungi Allah, alhamdulillah ngak ilang tas nya 😉
iya mas Cumi.. dan doa selama perjalanan itu selalu dipertemukan dengan orang baik.
Komplit banget ulasan Ho Chi Minh-nya… Izin intip ya kawan… 🙂
Kebetulan mau kesana bulan April…
waahh semoga membantu ya mas!