Lompat ke konten

Tentang Saigon

City Hall Saigon

Bermula dari keinginan saya untuk makan siang di ‘lunch lady‘ yang terkenal lewat acara nya Antony Bourdain di Travel Channel. Akhirnya saya menginjakkan kaki di Ho Chi Minh City, atau singkatnyaa disebut Saigon. Saya kesal setiap kali jalan-jalan selalu dapet makanan yang fail. Makanya sering kali saya menghindari untuk berinteraksi dengan makanan lokal yang aneh-aneh. Namun kali ini berbeda. Saya mau mencoba berbagai macam cita rasa kuliner lokal. Kebetulan juga, saya tidak berniat ikutan paket tour di sekitar Vietnam dan hanya mau city tour saja.

Seperti yang sudah saya ceritakan di posting sebelumnya, rencana awal saya adalah jalan-jalan di sekitar kota Saigon kemudian makan siang di kedai mie yang (katanya) enak itu, lalu langsung cabut ke Phnom Penh, Cambodia, tapi kok rasanya badan pada pegel-pegel dan rada kurang fit. Akhirnya saya memutuskan untuk menginap dan menambah hari lagi di Saigon. Kesan pertama menginjakkan kaki pagi hari di tengah kotanya sih asik-asik saja. Malahan saya tambah penasaran untuk menjelajah kotanya seharian.

Ho Chi Minh City atau yang dulunya disebut Saigon merupakan bekas ibu kota Vietnam Selatan, saat ini HCMC atau Saigon adalah kota terbesar di Vietnam. Ada yang bilang juga, Saigon adalah potret kehidupan dan tata kota Jakarta pada tahun 80-an lalu. Hmm.. ya.. ya.. bisa dilihat. Gedung tinggi nya bisa dihitung pakai jari. Ada pun satu gedung yang desain nya paling modern menjulang paling tinggi di langit Saigon. Justru kehidupan kota seperti ini lah yang buat saya asik. Kota yang ramai dan hidup namun tidak menjengkelkan seperti, well lets say Jakarta :D. Walaupun banyak turis yang bilang dan mengeluhkan kesemrawutan Saigon, buat saya kota ini terlihat beda dari perspektif tersebut. Kota yang cukup bersih, dengan jalanan yang memang selalu ramai, pasar-pasarnya mirip di Indonesia, pepohonan yang rindang di tepian jalan, hutan kota tempat warganya pacaran, warga lokal yang kerjaannya ngopi dan berjudi di pinggir jalan, santai banget ya? seru kan?

Sisi “kota” dari Saigon

Kebanyakan orang-orang memang menjadikan kota ini sebagai tempat singgah. Singgah untuk meloncat ke objek satu dan lainnya lewat paket tour seharian. Disini untuk berwisata semuanya serba terorganisir dengan travel agent. Banyak transportasi yang tak terjangkau untuk turis yang ingin mencoba untuk sekedar berpetualang secara indie. Toh harga yang ditawarkan travel agent pun cukup bersaing dan sangat rasional. Ya kalau kamu sering denger HCMC adalah sarangnya tukang tipu sih mereka lagi apes aja. Baik-baik lah mempersiapkan perjalanan kamu kesini, ya itu.. untuk menghindari tukang tipu. Ada alasan mengapa kota ini bergitu marak akan aksi tipu-tipuan, pertama ya karena Saigon adalah kota terbesar dan teramai, selanjutnya ya karena kota ini juga sebagai pintu gerbang para turis asing masuk ke Vietnam. Hal tersebut pasti tidak disia-siakan oleh banyak pihak dong? Well, don’t get panic, it’s still cool place to visit!

Berpetualang ke dunia bawah tanah di CuChi Tunnel atau sekedar merasakan berlayar di Mekong Delta, buat saya paket-paket tersebut tidak cukup menggoda. Ya walaupun, saya adalah orang yang sangat senang dengan wisata sungai dengan segala keeksotisannya, namun saat itu saya sedang tidak punya waktu dan uang banyak untuk bersantai di Vietnam. Ada enaknya sih nanti melanjutkannya dengan trip khusus Vietnam. Rute ajib dari selatan ke utara maupun sebaliknya, lalu dilanjutkan ke Laos dan nembus-nembusnya di utara Thailand. Oke balik ke itinerary yang sekarang! Rencana saya hari itu, tanggal 28 Agustus 2012 adalah menjelajahi berbagai landmark yang terdapat di Saigon dan tentunya menyicipi hidangan khas lokal.

Yang saya lihat dari Saigon, kota ini lebih ramai akan bule-bule dibanding Jakarta. Ups atau memang Jakarta yang kegedean atau memang banyak wisatawan yang malas dengan Jakarta ya? Ya itu, seperti yang saya ceritakan di awal, kota ini cukup cool, dengan gayanya yang otentik khas indo-cina, kota ini mampu menarik minat wisatawan asing untuk sekedar mampir. Mengenai tukang tipu, Saigon tidak cukup merepresentasikan Vietnam kok. Saya bertemu dengan se-genk anak Cina yang baru turun dari Hanoi dan sempat mampir di kota-kota kecilnya, mereka menceritakan mengenai kehidupan yang lebih cool lagi dibanding yang saya rasakan di Saigon ini. Masyarakatnya lebih ramah dan harga-harganya lebih murah. Di perdesaannya pun minim akan aksi tipu. Jadi, kalau kamu sudah takut dan males duluan tentang cerita orang-orang yang mengalami kesan buruk akan kota ini. Coba kamu lebih observasi lagi deh di internet. Jangan takut akan ‘kata orang’. Soal jalan-jalan di Saigon nya, tunggu postingan selanjutnya ya 😀

 

5 tanggapan pada “Tentang Saigon”

    1. Febry – 🌎

      kebetulan pas ksana terminal baru nya mirip kyk terminal 1 CGK Gie. haha tp untuk kotanya sih oke dan bersih deh.. apik lah..
      bus nya jg oke kok.. mungkin krn kotanya msh lbh kecil dibanding jakarta kali ya

    1. Febry – 🌎

      lunch lady kidding me, haha I haven’t found any lunch lady but I found delicious noodle restaurant near ben thanh.. I’ve got rain during the ‘walking around’ city.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.