Siem Reap, 30 Agustus 2012. Kedatangan saya disambut dengan ramah oleh penghuni dormitory. Ada Ester (Irlandia), Peter (Australia), dan Rose (USA). Ketiga nya adalah cewek-cewek muda nan cantik dan menawan. Setelah unpack barang bawaan dan bersih-bersih diri, saya diajak oleh ketiga cewek ini ke Sunset Bar.
Sunset Bar adalah sebuah fasilitas yang diberikan oleh Garden Village sebagai tempat kongkownya para backpacker. Di sana terdapat sunset view yang cukup oke, restaurant, bar, tempat nonton film, dan komputer untuk internetan. Tujuannya, mungkin, pengelola ingin agar penghuni hostelnya tidak pergi kemana-mana. Namun, justru ini lah yang dikomentari oleh Ester dan bule-bule lainnya. Mereka menertawai konsep bar yang ‘what the hell’ sangat random. Lucu juga dengerin mereka nyinyirin konsep bar yang katanya gado-gado. Misalnya, gimana bisa mereka menempatkan internet cafe, movie zone, dengan tempat minum sambil chilling dan ngobrol-ngobrol. Bener juga sih, tapi bagi saya ‘what the hell should I care?”.
Malam itu, saya, Ester, Peter, bergabung dengan mejanya Rose. Di sana semuanya cewe, saya cowok sendiri. Tak lama kemudian sepasang backpacker bule ikutan bergabung, terus ada lagi satu lelaki asal Jamaika bergabung, kemudian backpacker Jerman yang udah jalan 1 tahun ikutan dan duduk di samping saya, terus tambah lagi segerombolan cewek cowok UK dateng. Jadi lah meja kami tempat berkumpulnya backpacker-backpacker ulung. Saya satu-satu nya orang asia di situ. Jujur, kikuk. Ini pertama kalinya saya bergabung dengan lingkungan seperti ini. Sebelumnya kalau jalan lebih suka kumpul dengan orang lokalnya, atau tidak gabung dengan orang baru karena sudah ditemani oleh geng jalan.
Tentu sangat menarik mendengarkan semua cerita dari backpacker-backpacker ulung itu. Si Ester yang paling ramah dan asik, sudah jalan selama enam bulan, sebelumnya dia lama mengajar di Chiang Mai untuk menyambung hidup jalan-jalannya. Bulan depan rencananya dia akan balik ke Ireland via Hanoi. Bahkan saat ini uangnya tinggal 40 USD. Kemudian di depan saya ada Peter. Bule cantik dan agresif asal Adelaide, Australia. Sewaktu di bar, Peter sedang asik flirting dengan bule Jerman yang duduk di samping saya. Di sebelah kanan saya sedang asik orang Jamaika yang mirip Javier Bardim sedang asik bercerita tentang pengalamannya. Sementara itu, dia bagi-bagi Pizza ‘herbs’ yang dibeli nya kemarin malam (udah basi woy). Yang baru bergabung, seorang cewek Irlandia yang berprofesi sebagai jurnalis. Pokoknya malam itu saya menjadi seorang ‘watcher’. Sebenarnya bukan masalah bahasa sih yang bikin saya banyak diam, tapi lebih ke bahan obrolan yang benar-benar tidak masuk ke ‘culture’ dan kebiasaan yang saya jalani. Selain itu juga, pengalaman yang saya punya tidak sebanyak mereka. Memang tetap, ngobrol dengan sesama orang Asia lebih asik.
Selain markas backpacker, saya juga mendapati berbabagi macam konflik dan cerita lucu dari The Garden Village. Malam itu, sebaliknya saya dari Sunset Bar, saya langsung masuk ke kamar. Di dalam sudah ada lelaki Jerman yang tidur di kasur bawah saya. Umurnya kira-kira 40 tahun. Tiba-tiba dia langsung curhat ke saya “be carefull with that Asian girl (sambil menunjuk bed di bawah bed nya Ester), she is kinda freak, she always turn off the AC” ucapnya dengan nada sebal dan aksen Jerman. Tanpa menghiraukannya, malam itu saya langsung tidur karena besok pagi buta akan ke Angkor Wat untuk mengejar sunrise. Baru sejam tidur, saya terbangun dengan suara orang berdebat. Ternyata, si cewek berwajah oriental dengan bahasa inggris yang cadel sedang bertengkar dengan bule Jerman. Apa yang mereka perdebatkan? Tentu masalah AC!! Sumpah, tapi itu perdebatan paling seru untuk diikuti. Mereka rebut-rebutan remote AC. Mereka adu argumen, dll. Saya cuma dengerin sambil pura-pura tidur. bzzz Malam hari nya juga kebangun lagi karena kedinginan.
Selain itu, setelah pergi seharian di Angkor, ketika sampai di kamar, Peter langsung cerita. Ternyata semalam di kamar dorm kami ada penyelundup!! Peter mengaku terkaget-kaget ketika tadi pagi dia menyadari ada seorang pria yang tidur di atas bed nya. Bahkan Ester juga mengaku semalam melihat pria itu yang dia pikir itu saya. Lebih menggegerkan lagi ketik Peter cerita kalau penyelundup itu sudah 2 BULAN TIDUR GRATIS di The Garden Village. Jadi sistemnya, dia akan keliling masuk ke kamar-kamar dan meniduri kamar yang kosong. Menurut kesaksiannya, dia adalah orang Perancis. Bahkan topik penyelundup ini sudah menyebar se-isi hostel. Semuanya pada ngomongin kejadian gila yang lucu ini. Dipikir-pikir, kere banget ya tuh bule, pengennya gratisan. Jangan-jangan duit nya abis dan gak bisa balik ke Eropa??
Pokoknya walau cuma menghabiskan 3hari 2malam di The Garden Village, tapi banyak cerita dan keseruan yang didapat. Makanan yang disajikan lumayan, sewa sepedanya juga murah (1 USD/hari). Pegawai dan pengelolanya juga baik. Bahkan ketika baru check in saya diajak ngobrol karena jarang-jarang ada orang Indonesia nginep di sana. Pasti kalau ada kesempatan ke Kamboja, saya akan mampir ke Siem Reap dan menginap di sini lagi.
The Garden Village:
http://www.gardenvillageguesthouse.com/
gardenvillage@asia.com
Oh yah, gw rencananya siem reap dulu yg di samperin, belon pasti ke Phom Penh, menurut lo yg worth visitied apa yah? gw open semua jenis wisata kecuali belanja, kekekek, culture ama yg unik gw suka 😀
Thank you Febri 😀
Siemreap kan? gue cuma pernah ke Angkor Wat hehehe tp ada museum di pusat kota nya, sepedaan aja sih keliling2 Yun.. atau kl mau jauhan dikit, maen ke Tonle Sap. Ada kampung apung di danau terbesar di Kamboja itu. Kapan perginya?
Iyah Siem reap, kayanya emnag main attraction-nya angkor wat yah. Januari 16-22 taon depan, rencannya mau coba ke thailand terus turun ampe balik ke KL, biasa naik air asiah. ah iyah, itu pengen liat Tonle sap, dari promo2 sih bagus. Udah ke sana?
*ntar gw bongkar2 Blog lo lagi, kekekekke*
belom sempet ke Tonle Sap hehe, soalnya gue seharian fokus ke Angkor. Gampang kok turun ke KL 🙂 lebih seru malah.
Monggo… makasih banyak loh 😛
Dari berbagai sumber Angkor Wat dari sunrise ke sunset amazing, bener gak Feb?
soalnya ada spare waktu lumayan lama kami 1 malam dua hari di sana, kalao banyak yg menarik bisa nambah semalam, tapi setelah liat2 kayanya cukup 1 malam, 2 hari.
Thank yah Feb ngebantu 😀
Kalo lo beruntung, akan jad sunrise yang keren!
Goodluck!
Ameeennnnn
Oh yah Feb boleh simply explain ttg couchsurfing gak?
sign up-nya terus jadi host atau nginap di tempat host?
Thank you 😀
Febri,
gw balik lagi ke artikel ini, akhirnya gw akan ke sana dan thank untuk share info, sepertinya layak di coba ni penginapan. seru banget dah ceritanya
ceritanya bikin galau ngetrip via darat, pake sleeper bus kayaknya keren ya, andai cuti bisa lama 🙁
iya kalau pakai sleeper seru gitu, tp yg kemarin ini ke sini gak naik sleeper bus krn berangkat siang 🙂
problema pekerja nih, hehe kmarin saya abis reisgn trs langsung jalan 3 minggu.
Noted The Garden Village…hehehe… Nice info 🙂
recommended 😀
yiahaha, sabi tuh sabi! brand beer nya ya “BEER-mila” dong masnya… beer pake bismilah, ditanggung holol! brand ambassadornya mudzalifah. amin ya rob amin, 10 tahun lagi!! *cakar!
boleh dong nanti ajak2 bisnis.
hahaha drama reality gitu yak! kalo di jakarta ada pantai cakeps atau candi gedongan gue bakal nabung bikin bisnis guest house deh. namanya guest house “tanpo namo”. tiap ada ribut-ribut langsung di shoot, host nya mandala shoji. jadilah drama reality show, gue jual ke tipi-tipi buat balik modal. amin.
Chuy.. gue jg minat, kl perlu dipasang CCTV. ada konflik penghuninya gratis bayar!! haha
lo kenapa gak buka “birmila backpacker qelap” deh? nanti minuman kyk “Anchor Beer” atau “Singha” gitu
What an experience. Ada juga kayak gitu ya. Pingin penginapan gratis.
hihihi mencuri-curi pandang setiap malam untuk cari kamar kosong :p