Angkor Bicycle Trip: Perjalanan Panjang Keluar Angkor

Ta Phrom

Ta Phrom

Selepas dari Srah Srang, jalanan mulai bercabang, saya terus lurus dan jalanan berubah menjadi sangat sepi. Trek nya juga mulai tidak bersahabat, jalanan berkerikil yang dilumuri lumpur sehabis hujan. Kanan kiri pepohonan lebat, kadang candi-candi yang terlantar bisa dijumpai sepanjang jalan. Seringkali saya menggoes sepeda sendirian sampai ngibrit sendiri karena hawa mistisnya.

Saya masuk Ta Phrom lewat pintu timur. Jalan masuk menuju candinya lumayan jauh, sayangnya sepeda tidak diperbolehkan masuk. Hosh haah.. rasanya energi tubuh tinggal 5%. Udara sangat terik, badan habis kehujanan, sebuah perpaduan yang bikin pusing dan meriang.

Benar saja, selain Angkor Wat dan The Bayon, ini adalah hot spot dari kompleks taman arkeologi Angkor. Efek film Tomb Raider sangat terlihat dari padat nya orang yang berkunjung. Saya yang sudah lemas dan malas ketemu orang banyak akhirnya hanya memotret candi tampak depannya. Kebetulan juga sedang ada proyek pembenahan, jadi makin males masuk. Padahal kalau lihat foto-fotonya, Ta Phrom sangat eksotis. Akar-akar pohon melilit setiap lekuk bagian candi. Ta Phrom juga disebut sebagai Rajavihara adalah sebuah candi Angkor yang bergaya Bayon, dibangun pada akhir abad 12 hingga awal abad 13.

Candi di tengah jalan

Tak lebih dari 30 menit saya langsung keluar Ta Phrom dan melanjutkan perjalanan balik ke Angkor Thom. Lagi-lagi saya harus melewati jalanan sepi yang dikelilingi oleh hutan. 1,5km mengutik sepeda, saya tiba di pintu barat Ta Phrom. Wah, ternyata di sini lebih ramai lagi. Sepertinya, pintu yang tadi saya masuki adalah pintu belakangnya, jadi lebih sepi. Apalagi saya tidak masuk ke dalam bangunan Ta Phrom, pantes juga gak nemu spot seperti di foto-foto. Namun, rasanya harus berpuas diri dengan hanya melihat bagian depannya saja. Badan berasa rontok dan hari makin sore. Saya terus mengutik sepeda ke Angkor Thom.

Perjalanan ke Angkor Thom menempuh jarak 5 hingga 6 km. Di perjalanan kita juga akan menjumpai beberapa candi lagi. Namun, sebelum saya sampai di candi terdekat dari Ta Phrom, suara gemuruh langit mulai terdengar. Angin ribut mulai mengusik pepohonan. Saya sendirian mengutik sepeda, langit gelap, suara petir, pepohonan bukan main bergoyang-goyang. Sangking ngeri nya, saya sampai ketawa-ketawa sendirian. Gokil banget perjalanan kali ini.

Mist & Trees (© Hengki Koentjoro)

Sambil berburu waktu dari kejaran hujan, akhirnya saya bisa sampai di candi terdekat. Saat itu keadaannya gerimis ditemani suara petir dan langit gelap. Saya berteduh di warung pinggir jalan di seberang Candi Ta Keo. Sayang sekali, di akhir-akhir perjalanan begini saya tidak bisa menikmati sisa candi yang dilewati. Semuanya basah dan saya pun tidak bisa motret karena takut kamera kehujanan.

Kira-kira hujan berlangsung selama setengah jam. Tak juga reda, tapi masih menyisakan gerimis. Saya terus melaju dengan sepeda karena takut keburu gelap. Makin kencang menggoes, makin kencang juga intensitas hujannya. Butiran-butiran air gerimis berubah menjadi lebih derah. Saya terpaksa mampir lagi di sebuah pos bangunan di dekat candi Thommanon dan Chau Say Tevoda.

Di sana juga ada beberapa warga lokal yang berteduh, pegawai Angkor dan juga anak-anak penjual postcard. Saya masuk dan merapat ke kursi panjang. Di kursi itu saya malah tiduran dan menikmati hujan layaknya di rumah. Tapi beneran, hari itu super capek, melebihi jalan-jalan keliling Beijing atau pun naik ke Tembok Besar Cina! Setidaknya saya menunggu di sana hampir satu jam. Baru lah hujan lebat tadi berubah menjadi gerimis, dan saya melanjutkan perjalanan ke Angkor Thom.

Saat itu, sehabis hujan adalah waktu paling mistik untuk melihat percandian Angkor. Udara dingin dan langit yang gelap mendukung pemandangan candi yang diselimuti kabut-kabut sehabis hujan. Di tambah lagi sekeliling yang sepi menambah esensi dari espedisi Angkor ini lebih terasa syahdu.

Tak lama mengutik sepeda, akhirnya saya melewati Victory Gate, pintu masuk Angkor Thom. Baru beberapa meter, hujan besar kembali menghantam. Saya kebingungan dan malah berteduh di bawah pepohonan. Makin lama hujannya bukan berhenti malah makin besar. Gawat! saya langsung naik sepeda lagi dan berbalik arah menuju Victory Gate.

Di Victory Gate terdapat seorang petugas Angkor dan tiga orang turis yang berbahasa Perancis. “hey man! what’s going on?” sapa seorang cowok Perancis. “Oh my God! I trapped in the middle of the street and got this heavy rain blablablabla” jelas saya sambil merepet. Gilak! udah merepet sepanjang itu gak direspon sama si perancis! terus ngapain juga dia nanya kalo gak ngerti bahasa inggris!?? Lagi-lagi, saya harus menunggu menikmati hujan di Angkor Wat. Pemandangan jalanan dan hutan makin syahdu.  Jalan sudah tak terlihat lagi ujungnya.

Jalanan berkabut persis seperti di Angkor (© Hengki Koentjoro)

Hingga akhirnya, menuju jam 5 sore, saya sudah tiba di Angkor Thom. Jalanan di sekitarnya dibanjiri air hujan. Para pekerja Angkor juga berbaris pulang dengan menggunakan sepeda. Saya bersepeda beriringan dengan para pekerja dan turis lainnya. Seringkali berpapasan dengan turis lainnya dan kami saling melempar senyum. We may have language barier but smile is universal language.

Sebelum meninggalkan kompleks candi Angkor, nampaknya saya, lagi lagi, dikasih bonus hujan. Kali ini benar-benar puncak dari segala hujan. Saya terjebak di dalam sebuah gubuk kecil tempat penyewaan Elephant Ride. Di sana saya terjebak dengan seorang lelaki Spanyol yang kira-kira berumur 40 tahun. Selama lebih dari se-jam tak ada obrolan yang keluar dari mulut kami. Hujan kali itu benar-benar penghabisan. Hanya menyisakan lumpur dan genangan air sepanjang jalan. Udara pun menjadi semakin dingin, ditambah saya harus mengutik sepeda balik ke Siem Reap. Sore itu gagal sudah keinginan untuk mengabadikan sunset di Angkor. Boro-boro ada sunset, matahari aja gak tahu ada dimana. dan tau ga? 5 km meninggalkan kompleks candi Angkor saya mendapati jalanan menuju Siem Reap kering total!!

The Longest 14km way out Angkor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.