Jalan-jalan ke Bangkok kali ini dipenuhi dengan beragam cerita, salah satunya adalah pengalaman couchsurfing di Bangkok. Kota metropolitan di Thailand ini menyimpan beragam pesona. Menurut saya, Bangkok adalah kota besar paling menarik di Asia Tenggara. Untuk mendapatkan pengalaman yang ‘Bangkok’ banget, maka saya memutuskan untuk mencoba couchsurfing di Bangkok.
Hidup itu kayak roda yah, berputar, dan jalan terus. Seminggu lalu baru sampai di kota metropolitan macam Shanghai, sekarang sudah di Bangkok aja. Sebelum sampai Bangkok, sempat juga singgah di Manila, kota yang mirip-mirip dengan Jakarta. Terus lanjut ke Saigon, Phnom Penh, dan Siem Reap yang lebih sepi dan masih kalah maju dibanding Jakarta. Perjalanan kali ini sangat berfluktuasi, namun semuanya juga masih dalam satu garis merah. Menjelajahi kemegahan kekaisaran Cina hingga karajaan Khmer di Kamboja, sekarang saatnya saya mengeksplor kemegahan kerajaan Siam. Gemerlap malam gedung-gedung tinggi di Bangkok, hingga keeksotisan kuil-kuil Buddha yang disorot lampu malam di pinggir sungai Chao Praya, Bangkok.
Traffic in Bangkok
Asiknya jalan-jalan di kota besar adalah kita akan dimanjakan oleh kemudahan transportasinya. Untuk kota sekelas Bangkok, bukan sebuah kesulitan buat kamu yang mau jalan-jalan sendirian. Taksi warna-warni kayak pelangi seliweran terus. Bus umum dengan berbagai rute juga tersedia. Tuk-tuk kendaraan khas Thailand juga sepertinya wajib dicoba. Nah, yang lebih canggih, Bangkok punya Sky Train (BTS) dan juga metro/subway.
Sudah satu jam lebih saya menunggu bus nomor 02 tujuan Bang Na gak juga lewat. Apa kah host saya salah menginfokan? dia bilang, bus nomor 2 itu lewat kawasan Khaosan. Akhirnya, karena sudah jam 8 malem, saya langsung stop taksi dan minta diantarkan ke stasiun BTS Siam Center. Jalanan malam minggu cukup lengang. Di tengah jalan saya melihat Masayuki sedang ingin menyebrang jalan, dalam hati bilang ‘see you again’. Lampu jalan berjejer sejajar dengan bunga-bunga yang tersebar sepanjang jalan Democracy Monument. Lampu-lampu kuning juga menyinari stupa-stupa di setiap kuil Buddha di pinggir jalan. Ah Bangkok!
Tak sampai setengah jam saya sudah sampai di Siam Center. Tarif taksi dari Khaosan Road ke Siam Center adalah 80 bath, ya lumayan lah, sama dengan di Jakarta. Siam Center menurut saya lebih seperti kawasan Thamrin, yang dikelilingi oleh mall-mall super megah. Di stasiun BTS, saya kebingugan membeli tiketnya. Saya ke loket langsung bilang tujuan saya “Bang Na”, kemudian dia bilang tarifnya 50bath. Jisss! mahal banget. Saya memberikan uang kertas, eh malah dibalikin berupa koin-koin pecahan 10 bath. Ternyata, terdapat mesinnya sendiri untuk beli tiket BTS, dan mesinnya hanya menerima uang logam. Selain itu, pilihan pada mesinnya adalah bukan berupa tujuannya seperti MRT di Singapore, Beijing, atau Shanghai, tapi pilihan berupa nominal harga nya. Saya pilih tiket yang 50bath dan memasukan seluruh koinnya.
Serunya naik BTS ya jalurnya di atas, jadi bisa melihat pemandangan kota Bangkok. Sayanngnya, tarifnya itu gak semurah di Beijing yang hanya 3000rupiah :p. Perjalanan menuju Bang Na memakan waktu 40 menit. Ketika sampai di stasiun Bang Na, saya kebingungan. Bagaimana selanjutnya untuk sampai di tempat host couchsurfing di Bangkok ini? Pulsa yang baru dibeli tapi langsung habis. Untung lah security di staisun itu mau membantu memberikan arah. Saya keluar stasiun dan langsung ketemu pangkalan ojek. Bertanya ke mereka dan untungnya mereka langsung tau. Saya tanya tarifnya, mereka bilang ‘fifteen’ . Sepanjang jalan saya mikir, fifteen maksudnya dia 15 atau 50 ya? masa sih cuma 15bath? kan saya orang asing gitu pasti dimahalin. Eh pas turun, saya kasih uang logam-an 5 dan 10, dia gak protes. Berarti beneran harga ojeknya 15bath. Menurut saya, harga ini jauh lebih murah dibanding ngojek di Jakarta. Terlebih lagi harga naik 2x lipat kalau kita ketauan orang asing.
Sesampainya di apartemen host couchsurfing di Bangkok ini, saya dimintai untuk menghubungi host couchsurfing saya dulu oleh security di gedung itu. Seorang bapak (50an tahun) yang sangat baik itu sangat membantu ketika saya bilang gak ada pulsa :’). Akhirnya teman saya datang dan memasang tampang jutek. Jisss… gini emangnya ya orang Rusia? dingin gimana gitu? Begitu masuk tempatnya, langsung tercium aroma dupa dibakar. Ditambah musik-musik India terdengar. Kebayang kalau kamu jadi saya? hihi
“how are you?” tanya Fred.
“uhm fine, tired.”
“hee tired?”
Saya langsung bongkar tas dan bersiap mandi. “ok, I’ll use the bathroom” izin saya. Kemudian setelah selesai mandi, saya malah dinasehatin oleh si host.
“if you want to use anything, just use it, don’t make a question like ‘may I use this or that. Juts feel’s like home'”
Oh my God! gue diomelin. haha hanjir emang dunia barat sama timur beda banget. Emang budaya basa-basi yang dibawa dari rumah harus sedikit dikurangin kalau lagi traveling. Ketauan deh noraknya gue. huft
Lagi-lagi, saya mendapatkan host yang tinggal di daerah pinggiran. Asik sih, jadi tau rute transportasinya dan terhindar dari hiruk pikuk kota. Sayangnya, waktu akan habis di jalan. Uhm namun, sejak saya tidak mengejar apapun di kota ini, semuanya saya ambil santai saja. Dari apartemen Fred, saya bisa melihat pemandangan kota Bangkok dari kejauhan.
View of Bang Na
Malam itu dihabiskan dengan sedikit mengobrol dan banyak menonton. Fred punya banyak stok serial TV. Nah, jadi dihost berasa nginep di rumah temen sendiri aja. Ini sih yang saya suka dari ‘nebeng’ dengan orang/teman.
Note: Kesan pertama berinteraksi dengan host Rusia ini memang dingin dan bermuka jutek. Namun, jauh dari itu, host saya kali ini adalah orang yang suka menghibur, humoris, dan perhatian. Mungkin saya perlu sering lagi berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya dan dengan begitu bisa lebih mengerti setiap dari bahasa-bahasa non verbal yang kita tangkap.
Wah kalo orang Rusia emang terkenal dingin kok. Mereka aja ngaku. Jadi bukan salah lo. Jgn sama ratakan org Barat gak suka basa basi. Huuuiih org Inggris makanan sehari harinya basa basi. hihihi Gue jadi inget temen Rusia gw bilang’ Russians are like coconut. Hard on the outside, but soft and sweet on the inside’. Tapi sampe bisa menikmati manisnya butuh waktu laaaamaaaaa. hahahaha
Btw soal orang Inggris, bener bgt!
terima kasih atas kunjungannya
perjalanannya bikin ngiler euy, salam kenal ya Febry
Hai, iya makasih jg udah berkunjung balik, hehe
wih.. jalan jalan mlulu febry.. mantep nih ngalir banget pundi-pundinya 😀
hahaha bisa aja Den, iya nih berkat dagang postcard :p