Lompat ke konten

Menyusur Bangkok lewat Chao Praya.

Flowers & Democracy Monument

Bangkok, 2 September 2012. Tak terasa, berkeliling nyasar kota Bangkok dengan bus memakan waktu 3 jam lebih. Hingga akhirnya saya sampai kembali di Thanon Ratchadamnoen Klang. Saya sempatkan diri untuk mampir ke Wat Ratchanatda. Di sana menjumpai dua orang cewek Thai yang siap diganggu untuk dimintai tolong foto. Setelahnya, saya berjalan ke Democracy Monument. Kebetulan, matahari sedang akan tenggelam dan saya mendapatkan cahaya terbaiknya saat itu. Langit mulai gelap dan saya terus berjalan menyusuri lapangan Sanamluang. Lampu-lampu taman sudah mulai dinyalakan, begitu juga lampur sorot pada  chedi-chedi di Wat Phra Kaew yang semakin menerangkan warna keemasannya.

Sunset
Democracy Monument

Nampaknya waktu sunset telah usai, saya telat mengabadikan Chao Praya dan Wat Arun di saat golden time. Akhirnya, saya malah mengambil jalan lain menuju ke sebuah dermaga di Tha Chang. Kapal akan mengantarkan saya ke sebrang, tepatnya dermaa Wat Rakhang. Di sana terdapat restauran di pinggir Chao Praya. Uhmm pasti asik ya. Sayangnya uang bath saya hanya tersisa 100 bath. bisa buat apa? Akhirnya saya melipir ke sebuah pinggir pasar yang terdapat banyak jajanan dan lagi-lagi tergoda Padthai. Kali ini rasanya lebih ueenaak dibanding yang di Khaosan Road. Catet, Padthai enak berada di pinggiran pasar dekat dengan dermaga Wat Rakhang.

View from Tha Chang Pier

Perut kenyang, saatnya jalan-jalan lagi! saya kembali ke dermaga Wat Rakhang. Kebetulan banget, perahu reguler yang berjalan menyusuri Chao Praya sedang melipir ke dermaga tersebut. Tanpa tahu tujuan pastinya, tanpa tau tarifnya, saya meloncat naik ke atas perahu tersebut. Tancaaap! perahu berjalan ke arah selatan, mengarah ke Wat Arun. Saya langsung menyiapkan kamera untuk mengabadikan kuil ini di saat nyala keemasan.

Menyusuri sungai Chao Praya adalah sebuah relaxing time, setelah seharian nyasar-nyasar dengan bus kotanya, kini saatnya nyasar dengan perahunya. Ya paling banter ini perahu nyampe laut kan? hehe..

Wat Arun
inside the boat

Pemandangan kota Bangkok malam itu di tepian sungai sangatlah seru! Kuil-kuil yang bertengger di tepian mulai bernyalakan lampu-lampu, begitu juga gedung-gedungnya. Semuanya direfleksikan di atas sungai itu. Semilir angin kemudian mendatangkan sebuah lamunan. Hmm.. apakabar ya keluarga? bahkan saya belum mengabarkan kalau saya sudah di Bangkok. Terakhir ngabarin… duh lupa! Kemudian, tersadarkan juga, saya harus menentukan dermaga pemberhentian saya. Malam sudah mulai larut. Ada sebuah peraturan yang dibuat oleh host saya, yaitu jangan pulang terlalu larut.

Chao Praya River Cruise

Wajib banget buat kamu yang mau menjelajah kota Bangkok sendiri, kamu harus punya peta. Cukup minta di tourism office yang berada di dekat Khaosan. Peta dari tourism office ini cukup lengkap. Terdapat rute busnya, rute MRT/BTS dan rute kapal di Chao Praya. Jadi, sewaktu saya mau menentukan akan berhenti dimana, saya sudah bisa melihat daftar dermaga yang akan dituju oleh si kapal ini. Kebetulan, dermaga selanjutnya adalah dermaga Taksin. Kalau turun di sana, saya bisa naik skytrain di BTS Saphan Taksin atau naik bus no.15 yang mengarah ke Siam Center & Grand Palace. Nah, berhubung uang tinggal 30 bath, saya memilih untuk naik bus dan berhenti di kawasan Khaosan karena berniat untuk ke money changer.

Perjalanan dengan bus menuju Thanon Ratchadamnoen Klang memakan waktu satu jam kurang. Wah ini sudah kemalaman dan saya malas berjalan jauh ke money changer di Khaosan. Akhirnya, saya malah menarik uang di 7-11. Ini sudah kedua kalinya menarik uang dan berarti saya sudah rugi 100ribu! (setiap penarikan memakan saldo 50rb rupiah 🙁 ).

Akhirnya, sekitar jam 10.30 saya sampai di tempat teman saya dengan naik bus. Seharian full benar-benar jalan. Gak ada objek wisata yang dimasukin. Saya menikmati betul jalan-jalan bagaikan warga asli Bangkok 😀

“hey how’s your day?” tanya Fred.

“It’s nice, hop on hop off through local bus, cruise in chao praya. It’s all cool, so how’s the doctor and hospital things?” senyum capek dan tanya saya balik.

“it’s going fine I think. so where’ve you been?”

“here, and here, and there” jelas saya sambil membuka peta.

“and tomorrow are you gonna go to? Ayutthaya right?”

“yes! how’s there?”

“you’ll gonna have fun”

Malam pun ditutup dengan serial TV koleksinya Fred. Betapa menyenangkannya menghabiskan waktu di Bangkok dengan tidak menghabiskannya di tempat-tempat yang dipadati turis di Bangkok. So, now I know the answer why this city had a very magnetic thing for me.

Note: saya baru engeh itu hari minggu. kebanyakan orang pasti akan meninggalkan kota dan menghabiskannya belanja sepuasnya di pasar mingguan yang super terkenal; chatuchak. Awalnya sih gak tertarik, setelah melihat belanjaan teman saya baru-baru ini, saya kok jadi nyesel ya! saya bukan tipe orang yang suka belanja, malah hampir tidak suka sama sekali. Namun, ada beberapa barang yang saya incar di pasar loaknya. Siapa tau bisa dapat kamera analog unik. Argghh!! next time I won’t miss it!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.