Jalan Panjang Keluar Thailand

City of Hat Yai

Di kala perjalanan sedang membosankannya. Duduk berjam-jam dan hanya menatap gelap. Maka percaya lah, perjalanan mu tidak akan selamanya membosankan, pasti akan ada hal yang akan mengejutkan mu di depan nanti. Misalnya, saya hampir jengkel, nangis gegoleran di lantai kereta karena bosan setengah mati, kemudian datanglah kejutan berupa kebakaran hutan yang diterjang oleh kereta yang saya tumpangi. Luar biasa! saya langsung melek sesudahnya dan ketawa-ketawa sendirian.

Stasiun Hat yai di Ujung

Begitu juga dengan sesampainya saya di kota sepi di ujung selatan Thailand, Hat Yai.
Saya berjalan loyo keluar stasiun. Sambil memikirkan, habis ini kemana ya asiknya. Kalau lihat di Lonely Planet, ada tempat asik di pesisir pantai barat Thailand bernama Songhkla. Namun, sambil membuka dompet, kemudian hilang keraguan dan langsung ingin menuju jalan pintas saja menuju Penang.

Di depan stasiun, nampaknya sudah masuk ke dala pusat kotanya Hat Yai. Terdapat pertokoan ber-blok-blok dengan jalan raya yang tidak terlalu ramai. Deretan gedung-gedung di sana bisa dibilang sudah uzur dan terlihat dimakan usia. Hanya terlihat sepasang bule yang sedang berjalan menggembol ransel super besar. Sisanya, kota ini lebih banyak orang lokalnya.

Ternyata di deretan pertokoan di depan stasiun ini banyak agen wisata yang juga menjual tiket van. Ada berbagai macam tujuan, salah satunya yang ke Malaysia, yaitu ke Penang. Nah! saya gak perlu jalan jauh.. kemudian masuk ke dalamnya satu per satu dan survey harga van menuju Penang. Hampir keseluruhannya mematok harga sama, 300 bath dengan diskon 10%, jadi 270 bath. Jadwal keberangkatannya pun hampir sama, jam 12, jam 12.30, dan jam 1. Sambil melirik jam, sekarang sudah pukul 11.00. Setidaknya waktu saya hanya satu jam untuk berpikir.

Kemudian baru sadar, uang saya kok tinggal 240 bath ya? kurang 30 bath lagi. Nyaris! saya gak mau narik uang di ATM karena akan kepotong 45ribu rupiah. Euuuhh! Tawar menawar tak laku, bahkan sudah tawar menawar dengan bahasa Melayu dengan tampang melas pun tak dikasih. Mereka juga tidak menerima US Dollar (yaiyalah saya punya nya 1 USD mana mau mereka). Akhirnya, saya berinisiatif untuk pergi ke terminal bus. Pasti harganya lebih murah kaan.. baca di Lonely Planet pun harga menuju Alor Star atau Padangbesar tak sampai 100bath.

Saya berjalan di tengah cuaca yang labil. Kadang gerimis kadang terik. Ini ransel udah full banget. Ditambah kantong kresek. Udah kayak gembel deh. Di tengah jalan bertemu dengan ibu-ibu. Kemudian saya mengeluarkan Lonely Planet dan membuka bagian bahasanya. Ini ujian menggunakan bahasa Thailand. Mari kita coba:

Saya: Khaw aphai.. Sathaanii khon song yuu thii nai? (excuse me, where is the bus station?)
Ibu: *geleng-geleng*
Saya: *mengulang pertanyaan*
Ibu: *masih geleng*
Saya: Sathaanii khon song?
Ibu: *geleng-geleng dan tampak ketakutan*
Saya: bus terminal???
Ibu: nunjuk-nujuk lurus.
#fail #capek #deh !!!!

Akhirnya saya terus jalan dan bertanya ke bapak-bapak. Untungnya dia sangat membantu dan lancar berbahasa Inggris. Akhirnya saya terus jalan dan jauuuuh banget terminalnya. Sampai di lampu merah, saya bertanya lagi di warung, dengan baik hatinya ada seorang ibu-ibu yang menggambarkan peta menuju terminal. Dalam waktu 15 menit akhirnya sampai juga. usut punya usut, jarak stasiun kereta ke terminal itu hampir 3km. Grrraaaahh!

Sampai di stasiun, saya langsung bertanya ke loket. Ternyata tidak ada bus tujuan ke Penang atau Alor Star. Saya terus dioper disuruh ke loket yang entah dimana. Akhirnya di ujung, saya berhasil membeli tiket menuju Padangbesar. Sesuai namanya, Padangbesar itu udah pake bahasa Melayu dong? saya juga pernah baca ini itu border antara Malaysia dengan Thailand.

Saya riang gembirang melangkah menuju ruang tunggu. Dengan muka pongah, saya memamerkan tiket saya ke calo yang tadi menyeret-nyeret saya menuju loket van (yang tadi di depan stasiun itu loh.. capek deh ngapain saya balik lagi ke sana, pake bayar ojek pula, pasti dimahalin!).

Hati tetap resah karena takut ditinggal bus. Saya menunggu dengan dua orang gadis melayu berkerudung hitam. lalalala… akhirnya bus nyampe juga. Ups! bukan bus ternyata, yang datang adalah Van dan saya pun siap berangkat.

Hanya berbekalkan tiket seharga 50 bath (kalau tidak salah ingat) saya bisa sampai di Malaysia, setelah di Malaysia saya bisa narik di Maybank yang notabene ada ATM bersama nya yang kalau tidak salah berasumsi dipotong hanya 1 ringgit means 3000 rupiah saja. Lah kan dibanding kalau narik di Thailand (45ribu rupiah) toh?

Perjalanan memakan waktu setengah jam. Melewati jalanan sepi nan mulus yang seringkali dihimpit hutan-hutan padat dan hijau. Van seringkali melipir di depan sebuah pintu masuk menuju desa-desa di ujung selatan Thailand ini.

Hati tenang dan tak sabara hingga sampai Padangbesar. Hingga kemudian jawaban dari harapan saya terjawab juga. Supir berteriak dari depan “Padangbesar bersiap ya.. bersiap!”
Loh? apa ini? katanya bersiap? kok van malah berhenti di tengah perkampungan gini? harusnya lewatin border dulu dong? haa?? saya bingung dan akhirnya bertanya ke cowok di sebelah saya. Tentu dengan bahasa melayu. Untung lah dia bisa ‘sikit-sikit’.
Saya: kak, ini padangbesar kah?
Cowok: iye.. mau ke mana ni memang?
Saya: saye mau ke padangbesar Malaysia. border dengan Malaysia kah?
Cowok: benar ni padangbesar, tapi ini di Thailand. Padangbesar Malaysia beda lagi. Kamu mesti lewati border dulu. Pak ini tolong turunkan di border.
JGEEEEEERRRRRRR
#fail #kedua #kalinya
Ekspektasi saya yah.. PADANGBESAR ITU DI MALAYSIA!! TERNYATA PEMIRSA.. Padangbesar itu ada dua, yang satu di sisi Thailand nah yang satu di sisi Malaysia. tetot!!!

Padang besar, Malaysia atau Thailand hayo?

Akhirnya bapak supir menurunkan saya di depan pintu imigrasi. IMIGRASI!!! saya selalu phobia dengan loket imigrasi. Habis dulu pernah diceritain temen kalo mau dideportasi bakal disodomi dulu sama petugas Imigrasinya. hiii hasyeem.
Saya berjalan dengan lemas dan malu dengan diri sendiri karena sudah pongah dan sok pintar. Baru tiba di depana pintu imigrasi, sudah ada mak cik- mak cik mengacung ngacungkan jarinya. Dia menaiki motor dan bilang “Malaysia 5 ringgit!!”
Saya mendekat ke makcik itu dan mulai tanya-tanya. Dia menawarkan ojek seharga 5 ringgit. Celakanya saya hanya punya 4 ringgit. Makcik tak mau menerima. Namun saya menjanjikan akan memberikannya 5 ringgit asal antarkan hingga ke ATM Maybank. Syukurlah dia tau letak ATMnya.
Lanjut saya disuruh untuk menghadap imigrasi Thailand dulu sama si makcik.

Saya jalan dan memberikan paspor di loketnya. Petugas bilang “apa ini?”
Saya: “saye mau pergi ke Malaysia”
Petugas imigrasi: “tak bisa di sini?”
Saya: “how come??”
Petugas Imigrasi: “if you want a stamp, 10 ringgit dulu!”
Saya: “WHAAAAAAAT????? NO. IT’S FREE!!!!!”
Petugas Imigrasi: ya sudah kalau tak mau tak bisa lewat.
BANGKEEEEEEE!!!! bener kan! imigrasi tuh emang paling-paling ngeselin!
kemudian makcik datang. Bagaikan ibu peri, dia berbicara dengan petugas Imigrasi. Kemudian si petugas bilang “sana lah kalau mau cap” sambil menunjuk loket imigrasi di depan yang bertugas mencap supir-supir truk.

Tapi suer deh! ini border serem banget. Gak kayak di border Kamboja-Thailand yang ramai orang lalu lalang kayak di pasar. Ini super sepi. Lebih sering truk-truk yang lewat. Sekeliling aja kayak tempat penculikan. Hasyem banget.

Akhirnya paspor saya dicap dan berhasil keluar dari Thailand. Bener-bener cinta banget negara ini sama saya yah.. sampe-sampe susah banget keluarnya.

Makcik membawa saya meluncur menuju portal imigrasi masuk Malaysia. Tanpa ba-bi-bu paspor saya dicap dan bersama makcik kami meluncur ke kota Padangbesar. wiiiii… Cuaca saat itu juga labil. Seringkali gerimis mengguyur.

Ternyata jarak border Thai-Malaysia tidak terlalu jauh, yah tak apa lah. Membagi rezeki dan memang saya ngeri juga kan takut diculik gitu. Apalagi status saya tidak sedang di negara manapun sewaktu melintasi border itu.

Pffiiuuh… Thailand memang amazing sesuai moto tourism nya. Saya pun gak rela banget meninggalkannya. Namun kenapa keluarnya saya rasanya sulit banget. Penuh tantangan banget. Ya mungkin di sini Tuhan mau menyadarkan saya bahwa petualangan akan terus berlanjut. Kalau sebelumnya susah move on dari Bangkok, kini saya dihadapkan pada petualangan yang baru dan gak kalah seru 🙂

9 tanggapan pada “Jalan Panjang Keluar Thailand”

    1. Febry Fawzi – Seattle, WA – Febry is a travel enthusiast that has experience in marketing, content creation and curation, and editorial design. Studied Advertising at the University of Indonesia, with experience in established and startup companies, as well as extensive freelance work. Knowledgeable in digital media, the tourism industry, e-commerce, with a deep appreciation for music across all genres.

      Benar syekaleeeh.. huhu walau deg-degan tapi abis itu ketawa-tawa :))

    1. Febry Fawzi – Seattle, WA – Febry is a travel enthusiast that has experience in marketing, content creation and curation, and editorial design. Studied Advertising at the University of Indonesia, with experience in established and startup companies, as well as extensive freelance work. Knowledgeable in digital media, the tourism industry, e-commerce, with a deep appreciation for music across all genres.

      ya disensor dong.. masuk ke blog yg lain, blogtotripxxx.wordpress.com

  1. nacile – I'm your a happy ending ;)

    “Habis dulu pernah diceritain temen kalo mau dideportasi bakal disodomi dulu sama petugas Imigrasinya. hiii hasyeem.”

    AHAHAHAHAHAHAHA, aslik akik ngakak baca pas bagian ini
    duh kenapa banget sih temanya lagi seksualitas banget idup kita feb -_____-

    1. Febry Fawzi – Seattle, WA – Febry is a travel enthusiast that has experience in marketing, content creation and curation, and editorial design. Studied Advertising at the University of Indonesia, with experience in established and startup companies, as well as extensive freelance work. Knowledgeable in digital media, the tourism industry, e-commerce, with a deep appreciation for music across all genres.

      haha itu kata temen gue anak HI looohh.. mungkin di kuliah hubungan antar negara diajarin tindak kriminal imigrasi. hiii
      coba bayangin kl gak ada makcik. gue ga dibolehin lewat krn gue ga punya 10 ringgit. bakal diapain coba gue buat menggantikan uang 10ringgit itu??

      1. nacile – I'm your a happy ending ;)

        anjiiiiiirrr serem yah
        mak gue ngebayangin itu imigrasinya wasalam banget deh
        ngelewatin imigrasi sinciapo aja udah frustating eke maaak

        1. Febry Fawzi – Seattle, WA – Febry is a travel enthusiast that has experience in marketing, content creation and curation, and editorial design. Studied Advertising at the University of Indonesia, with experience in established and startup companies, as well as extensive freelance work. Knowledgeable in digital media, the tourism industry, e-commerce, with a deep appreciation for music across all genres.

          imihrasi di bandara sih enak enak aja, kl udah land border gitu.. serem serem.. pffiiuuhh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.