Terjebak di Zombie City

Limestone &  the village in Perlis

Limestone & the village in Perlis

Padang Besar, 6 September 2012. Sekarang saya sudah berada di negara Malaysia, officiallypffiiuuhh.. Padang besar adalah kota paling ujung di utara Malaysia. Terletak di kerajaan Perlis, sebuah negara bagian paling kecil di Malaysia. Kota ini terletak sejauh 57km dari Hatyai dan 35km dari Kangar, sebuah ibu kota dari negara bagian Perlis. Saya sama sekali buta tentang tempat ini. Untung saja perkiraan saya benar kalau di sini sudah terdapat Maybank (kenapa mesti Maybank? karena ada ATM bersama nya yang saya asumsikan potongannya pasti tidak sebesar di Thailand :p). Di sini juga sudah terdapat 7-11 (teruuus?). Namun yang tak terbayangkan oleh saya adalah saya tidak melihat satu hal pun yang ‘hidup’ di sini.

Mungkin kalau kamu pernah nonton The Walking Dead, situasi kota ini (setidaknya saat itu) mirip seperti kota-kota yang ada di serial tersebut. Toko-toko pada tutup, jalanan kosong melompong, dan anehnya lagi yang saya lihat dari kota ini hanya lah highway atau lebuh raya dan pertokoan yang itu pun tidak terlalu banyak. Mana ya rumah warganya?

“kamu tunggu sini aje ye, nanti bas akan lewat” kata makcik ojek.

“bas datang jam brapa makcik biasanye?” tanya saya khawatir melihat suasana sepi.

“yah tak pasti lah.. kamu tunggu saja. kadang ade jam 2.30”

*kemudian saya melihat jam, ohh pas nih dikit lagi, soalnya waktu menunjukkan pukul 2 lewat sikit.*

“namun, ini kan sudah malaysia, waktu maju satu jam. jadi sekarang… ” ucap makcik sambil melihat jam.

“jam setengah empat?????” tanya saya histeris.

“ya begitu lah.. makcik balik dulu ye.. kamu tunggu sini je lah..” makcik langsung meluncur tanpa jejak.

“mak ciik… makcikkk…. ” muka saya langsung pucat. “bawa saya balik saja ke Thailand……” makin sedih.

Terus, sekarang, mesti gimanaa?? ingin rasanya balik lagi ke Thailand, terus ke Hat Yai lagi, terus naik van langsung menuju Penang. Ya abis gimana dong? ekspekstasi saya di sini ada semacam terminal gitu atau apa kek yang rame kayak pasar, dangdutan mungkin juga asik, tapi saya tidak melihat apa-apa.

Akhirnya dari pada nunggu bus yang kalau kata makcik ‘tak pasti lah datangnya’, saya mencoba mblusuk di sekitar daerah ini. Ternyata masih ada toko yang buka, dan itu adalah warung internet. Yiha… saya langsung log in dan mencoba mencari tahu “how to get out Padang Besar” dan akhirnya saya menemukan beberapa informasi; di Padang besar ternyata ada stasiun dan akses kereta. Saya langsung bertanya ke mas-mas di sebelah. Dia langsung menunjukkan letaknya dan dia bilang waktu keberangkatannya sekitar jam 5 sore. Wah saya langsung gerak cepat.

Pasar Raya

Ketika di jalan menuju stasiun, saya sempat bertanya lagi ke seorang bapak-bapak. Sekalian saya bertanya mengenai letak stasiun bus. Dia malah menunjukkan gang kecil yang ujungnya gudang. Ternyata ada sebuah pool bus yang sangat tersembunyi. Ketika saya kesana, sedang tutup, mungkin istirahat makan siang. Lagi pula, keberangkatan ke Penang dengan bus sekitar jam setengah 7 malam. Nah kan sekarang aja masih jam 3 sore. Gak kebayang nunggu lama di kota zombie ini. hiii

Saya berjalan mengarah ke imigrasi Malaysia. Ternyata stasiun keretanya ada di dekat situ dan tinggal menyebrang dengan jembatan penyebrangan.  Maka akan terlihat lah beberapa jalur kereta dari atas jembatan tersebut. Hati riang gembirang. Penang I’m coming!

Stasiun Padangbesar

Ketika sampai di stasiun, saya kebingungan. Sepi nya bener-bener. Saya malah melewati sebuah ruangan imigrasi yang terdapat beberapa petugasnya. Hii saya menghindar dari mereka takut diinterograsi, masih trauma. Saya terus mengikuti arah penunjuk jalan “ticket counter”. Saya turun ke bawah dan tidak menemukan loket tiket. Hingga akhirnya saya bertemu dengan seorang laki-laki berwajah oriental sambil membawa koper;

“sorry sir, do you know where is the ticket counter?”

“ah ticket? here” dia bukan hanya menunjukkan jalan, tapi dia mengantar saya. baik banget..

ketika sampai di loket tiket, ternyata saya salah. Itu adalah tempat pembelian tiket menuju Thailand. Saya keluar dan bertemu laki-laki tadi. Kemudian kami mengobrol.

“how’s the ticket?” tanya dia

“hmm that’s for Thailand destination. I am heading to Penang”

“ohh sorry, I didn’t know”

“yeah no problem, so are you going to Thailand?”

“yes, I am going to Bangkok. Maybe arrived tomorrow”

“Oh I came from Bangkok yesterday. Just today arrived in Hat Yai and now trapped here. where are you from, sorry?” soalnya saya gak yakin ini orang Malaysia

“I am from Japan. and you?”

Yep dan lagi-lagi saya bertemu dengan orang Jepang “oh Japan! nice. I am from Indonesia. so what are you doing here? there’s nothing here, isn’t it?”

“Actually, I’ve just arrived here. From Penang.”

“why didn’t you take a train from Penang to Bangkok?”

“I don’t know, I took a taxi from Penang.”

“TAXI??? God! how much was that?”

“uhmm… it’s… 200 RM” jelas dia santai.

oke deh kak.. naik taksi dari Penang ke ujung utara Malaysia itu ternyata 600 ribu, seharga tiket Manila-Beijing-Shanghai-Manila saya. hahahaha

Kemudian sedang asik ngobrol dengan si Jepang, tiba-tiba ada bapak-bapak sudah berumur dengan pakaian compang camping dan muka kusut. Dia ikutan nimbrung dan mulai menjudge.

percakapan ini akan ditranslate ke dalam bahasa Indonesia, aslinya pakai bahasa Inggris

“kayaknya kamu mesti potong rambut deh, biar trendy kayak dia tuh. Bersih kan, terawat.” ucap si bapak tua

“he?” saya bingung

“kamu tuh orangnya tidak terlalu memperhatikan diri sendiri. lebih memperhatikan jalan-jalan dan terus mencari hal-hal di luar sana. padahal kamu punya diri sendiri yang mesti diurus”

glek. kok saya kayak sedang diramal ya? Obrolan selanjutnya dengan bapak tua misterius ini lama-lama makin mendalam dan seolah mengorek-ngorek kehidupan saya. Ini super misterius. Apakah saya dengan mudah ‘dibaca’ seperti itu? Nampaknya, bapak ini juga tidak asal sembarang omong. Dia pernah melalui berbagai macam kejadian dengan pengalaman di tempat-tempat yang juga dia ceritakan.

Akhirnya, untuk menghindar, saya langsung antre tiket. Yang bikin syok adalah kereta tujuan Butterworth tidak ada dari Padang Besar, jadi saya harus naik yang tujuan Bukit Mertajam. Entahlah katanya hanya setengah jam dari Butterworth. Kereta berangkat jam 6.30 sore. Walah, sama saja dong kayak jadwal bus nya? tapi ada hal lain yang membuat saya tetap membeli tiket kereta ini, yaitu harganya hanya 10 ringgit.

Belum sampai setengah jam, saya langsung berubah pikiran. Saya kembali ke loket dan mengembalikan tiket tersebut. Sayangnya harus dipoting 50% dan uang saya hanya kembali 5ringgit. Dipikir-pikir tidak apa-apa. Coba bayangkan, saya tidak tahu sama sekali tentang bukit mertajam. Apakah di sana terdapat terminal bus atau transportasinya mudah? apalagi kereta akan sampai sekitar jam 10 malam. Nah loh!

Saya bertolak dari stasiun kereta dan kembali ke jalan panjang dengan pertokoan sunyi senyapnya. Ternyata loket bus sudah buka. Saya langsung bertanya mengenai tujuan Penang dan deal dengan semuanya (ya mau tidak mau).  Akhirnya tiket bus menuju Penang (18ringgit) sudah di tangan. Masih ada 2 jam menuju 6.30. Saya akan menghabiskannya di warnet saja.

Terminal Bus Kangar, Perlis

Kalau sudah di depan internet memang waktu berjalan dengan sangat cepat. Syukur lah.. sekitar jam 6 sore, saya sudah berada lagi di kaunter tiket bus tersebut. Menunggu sebentar dan kemudian datang lah bus Dreamliner. Yihaa…. Supir bus bilang penumpang hanya dua hari itu dari Padang Besar. Namun yang tampak batang hidungnya hanya lah saya. Walah.. hanya berduaan aja gitu sama si supir? namun ketika bus jalan, di pinggir jalan ada mas-mas yang naik dan ikut sampai Kangar katanya.

Limestone 🙂

Akhirnya saya bergerak lagi. Sangat rileks duduk di bus dingin dengan jalanan lowong. Saat itu di sana belum gelap. Saya masih bisa melihat sekeliling. Ternyata pemandangan landscape daerah ini bagus juga. Dikelilingi oleh bukit-bukit kapur/limestone, tersebar di sepanjang jalan, dengan hamparan hijau sepanjang mata memandang. Sekali melihat sebuah peternakan dan ada kuda berlarian di sana. Kadang melihat beberapa pos yang tak ada orangnya. Hingga mendekati kota Kangar, saya sudah melihat pemukiman. Ada komplek perumahan, dengan lapangan sepak bola di depannya. Di sana anak mudanya sedang asik bermain bola. Di belakang komplek perumahan tersebut menjulang tinggi gunung kapur. Ah bagus juga pemandangannya. Asik kali ya tinggal di sana, tenang..

Kemudian bus memasuki kota Kangar. Ya mirip-mirip dengan pinggiran kota Melaka. Lebih ramai tentu dibanding Padangbesar karena ini ibu kota negara bagian Perlis. Sampai di terminal bus, penumpang baru mulai memadati bus. Akhirnya ada temennya kan. Kemudian bus melanjutkan perjalanan lagi menuju Kuala Kedah. nah ini adalah tempat transit terdekat menuju Pulau Langkawi. Ternyata terminalnya jadi satu dengan tempat Jetty menuju Langkawi. Wiii… coba tau lebih awal, bisa dicoba transit di sini dulu. Nah di sini saya baru melihat ada bule. Mungkin baru berlibur di Langkawi.

Countryside

Selanjutnya bus menuju Alor Star. Di sini bus melewati pinggir pantai barat Malaysia. Kebetulan bertepatan dengan matahari terbenam dan saya dapat mellihat laut, sunset, dan pulau Langkawi dari kejauhan. Warna langit sedang manis-manisnya, ungu dan oranye.

Masuk ke Alor Star, di sini baru lah terlihat sebuah kota. Ada gedung-gedung yang cukup tinggi. Jalanan nya juga rapih. Dan saya melihat menara iconic darikota ini. Nampaknya makin dekat dengan Penang. Sekitar 1 hingga 2 jam lagi saya sampai di Penang. Selama itu juga saya pulas terlelap.

 

6 tanggapan pada “Terjebak di Zombie City”

  1. Halim Santoso – an Indonesia Travel Blogger, independent traveler share about the journey, adventure, travel photography, heritage, human interest, art, culture, and nature.

    Suka alur adventurenya…
    Tapi penasaran dengan percakapan detail “ramalan” bapak tua di stasiun, bakal ditulis jadi artikel baru nggak? :p

    1. Febry Fawzi – Seattle, WA – Febry is a travel enthusiast that has experience in marketing, content creation and curation, and editorial design. Studied Advertising at the University of Indonesia, with experience in established and startup companies, as well as extensive freelance work. Knowledgeable in digital media, the tourism industry, e-commerce, with a deep appreciation for music across all genres.

      nanti kalau sempat dibuat tulisan terpisah 🙂 thank you udah baca.

  2. adzillah79 – Nothing special about me..

    suasananya memang sebegitu, Febry..ianya hanya sebagai pintu keluar/masuk ke thai/msia..aktiviti lainnya lebih tertumpu di lokasi lain…

    yupp..kebetulan firefly ada promo ke langkawi..return sekitar RM120 so saya grab tix nya..kalau mau follow roger saya aje ya hehehe..medan? owh saya mau ke sana during chinese new year ini…jom?? 😉

    1. Febry Fawzi – Seattle, WA – Febry is a travel enthusiast that has experience in marketing, content creation and curation, and editorial design. Studied Advertising at the University of Indonesia, with experience in established and startup companies, as well as extensive freelance work. Knowledgeable in digital media, the tourism industry, e-commerce, with a deep appreciation for music across all genres.

      iya Zilla, yang ada di dalam benak saya tuh ramai seperti di Johor Bharu atau kota Malaysia lainnya hehehe..
      anyway saya cuma mau ke dayang bunting di Langkawi,untuk pulaunya sendiri kurang tertarik, hehe
      uhm CNY yaa.. tak bisa sepertinya. mungkin saya akan wisata di pulau jawa saja 😀

    1. Febry Fawzi – Seattle, WA – Febry is a travel enthusiast that has experience in marketing, content creation and curation, and editorial design. Studied Advertising at the University of Indonesia, with experience in established and startup companies, as well as extensive freelance work. Knowledgeable in digital media, the tourism industry, e-commerce, with a deep appreciation for music across all genres.

      yes. mungkin karena saat itu sedang libur panjang sekolah ya Zilla? jadi tak ada kegiatan di Padangbesar.
      Langkawi? sedap betul.. tak tahu lah. Mei mau ke Medan saya.. lets catch up Medan saja :p

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.