Lompat ke konten

Not Landing Yet in Bandung

Petualangan di Penang memang telah berakhir dan ditutup dengan tantangan mengejar pesawat dengan mengendarai sepeda motor ke bandara. Kini, saya duduk anteng di pesawat sambil menikmati pemandangan malam Pulau Pinang dari atas. Menembus awan dan melihat kerlap-kerlip cahaya malam dari pulau itu. Saya juga dapat melihat pemandangan bukit bendera yang diselimuti oleh kabut. Dari atas semuanya terlihat seperti miniatur, mulai dari gedung-gedung, kendaraan, dan jembatan Penang yang membentang dari Seberang Perai. Good bye Penang, and see you..

Goodnight Bandung

Bandung, 8 September 2012. Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Bandara Internasional Husein Sastranegara. Kesan pertama? Bandaranya bersih dan mini banget. Tak ada basa-basi, begitu keluar loket imigrasi, saya langsung melangkah ke pintu keluar bandara.

Kenapa saya memilih untuk balik via Bandung sementara saya tinggal di Jakarta? pertama, untuk menghindari shockSaya ingin badan dan pikiran diberikan sedikit relaksasi. Seenggaknya, dari udara saja, di Bandung lebih fresh dan hirup pikuknya tidak sepadat Jakarta. Kedua, kebetulan Airasia membuka rute perdananya Penang-Bandung dengan biaya tiket pesawat hanya 100 ringgit (300ribu++), jadi lumayan banget untuk mengirit ongkos. Ketiga, saya masih mau bertemu dengan teman-teman saya di Bandung, sekalian berlebaran (telat woyy).

Semua orang sudah tahu mau melangkah kemana. Ada yang dijemput, ada yang langsung naik taksi. Dalam sekejap penumpang yang satu pesawat sudah pada menghilang. And then…? Teman saya, Tammy tidak jadi bisa menjemput karena dia harus pacaran dan dateng ke gigs. Maklum lah ya itu malam minggu. Kemudian teman saya yang akan memberikan tumpangan tempat, Bimo, tidak tahu cara ke Bandara. Hhhh.. emang ketika saya nanya orang Bandung juga gak banyak yang tau cara ke Bandara. Padahal kalau lihat di google maps, letaknya dekat sekali dengan Pasteur.

Tengok kanan kiri, gak ada tuh tukang ojek. Hanya ada taksi dengan cara mengambil tiket antrean. Saya merapat ke loket antrean dan bertanya mengenai argo nya. Euh.. hanya ke Pasteur saja 40.000, sedangkan ke Dago 45,000. Rugi bandar sobh!! Akhirnya saya nekat jalan kaki menuju pintu keluar. Cek google maps, sih, jaraknya gak terlalu jauh. Padahal saya punya pengalaman buruk jalan kaki di dekat bandara. Baru sebentar jalan, saya menemukan sebuah kampus yang di depannya ada penjaganya. Akang-akang yang sedang nelpon saya gangguin. “Aa.. bisa ngojek?”, “mau kemana atuh?”, “antar sampai depan saja”, “oh boleh lah, sebentar ya”.

Si Akang mengantarkan saya dengan motornya. Ngeeng.. ngeng… baru selemparan batu, ternyata sudah masuk jalan raya. Dan.. banyak angkot seliweran. “Caheum-Ciroyom” angkot dengan mobil kijang berwarna hijau. Berhubung tidak tahu ongkos ojek (dadakan ini) akhirnya saya bayar 10.000 (ya padahal kasih 5000 juga seneng). Beruntung banget, angkot di sini 24/7. Angkot Caheum-Royom ini langsung mengantarkan saya ke simpang Dago. Uhmm felt so familiar.

Kost-kostan teman saya, Bimo, ini di Dago Pojok. Cukup sekali angkot lagi dari simpang Dago. Tak sampai 15 menit, saya sudah sampai di depan gang dan untungnya dijemput Bimo. Fiuhh… setelah tiga minggu berkeliaran di 6 negara, akhirnya saya melihat muka yang familiar. Bimo adalah teman saya dari kelas 3 SMA dan kebetulan satu jurusan dan satu kelas selama 3 tahun waktu kuliah. Sampai di tempat Bimo, dia langsung nanya-nanya dan saya cerita-cerita.

Hmm rasanya ingin tampar-tampar pipi karena masih mengawang. 100% pikiran dan perasaan belum landing di tanah air. Entah, semuanya berpencar di masing-masing tempat. Tapi saya percaya “a new day will come”. Sementara itu, sebelum saya harus memikirkan masa depan dan mengurus segala hal serta mengadakan konferensi pers dengan orang tua saya, saya ingin menikmati kota Bandung ini terlebih dahulu. hah… relaxed.

8 tanggapan pada “Not Landing Yet in Bandung”

  1. hmmm,,, siapa bilang di Bandara Husein tak ada ojek ? ada koq,,, atau mungkin sewaktu anda cari ojek, tukang ojeknya lagi pada narik penumpang, biasa ojek di bandara ini akan menghampiri orang yg mo dia tawarin atau dia acungkan jari dari kejauhan, saya punya artikelnya loh,,, klik aja di sagalanyaho.blogspot.com

  2. sulunglahitani – Padang, Indonesia – hanya seorang anak adam yang mempunyai kepribadian ganda dan sangat tergila-gila dengan kucing

    traveler emang paling jago nyari tiket murah, ya? 😆
    btw, pake konfrensi pers sgla ama orang tua? 😀

    1. Febry – 🌎

      pilihannya; jago cari tiket murah atau jadi traveller tajir. hehe berhubung cuma bisa jadi yg pertama, jadi..
      hehehe soalnya gak izin mau jalan 3 minggu, dan gak ngabarin selama di jalan :p dengan kata lain; kabur haha

  3. Timothy W Pawiro – I like to watch movies ... I like to listen to music and attend concerts ... I like to hang out with my friends ... I like to eat ... and I like nasi goreng kambing (lamb fried rice)!! Haha :D
      1. Timothy W Pawiro – I like to watch movies ... I like to listen to music and attend concerts ... I like to hang out with my friends ... I like to eat ... and I like nasi goreng kambing (lamb fried rice)!! Haha :D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.