Lompat ke konten

Genggong: The very best travel mates

Beberapa bulan terakhir, saya konsisten posting cerita tentang perjalanan di Asia yang solo trip, tapi tau gak sih sebenernya saya itu punya sahabat-sahabat jalan yang seru banget? Dan tau gak jumlahnya berapa? 13 orang dalam satu paket!

Genggong, adalah sebuah geng yang berasal dari satu SMA yang sama. Kami berjumlah 13 orang dan terdiri dari 6 orang cowok dan 7 orang cewek. Sebenarnya sih geng ini tidak sengaja dibentuk dan kami baru dekat ketika lulus sekolah. Bahkan, kami kuliah di jurusan dan universitas yang berbeda. Saya bersama 8 orang lain kuliah di UI, 2 orang lain di ITB, satu orang di UNJ, dan satu orang lagi di Telkom.

Bermula hanya dari teman main, kumpul di kampus, hingga jalan bareng ke luar kota, akhirnya kami terus haus akan jalan bareng dan kumpul-kumpul. Pokoknya sakau banget kalau lebih dari sebulan gak ketemu mereka. Hmm tapi sekarang lagi parah sih sibuk-sibuknya. 2 orang sedang menjalani Ekspedisi Nusantara dan dikirim ke Gorontalo & Pulau Sangihe, satu orang nyangkut di Jepang buat internship, satu orang dinas di Bandung, dua sedang nyelesain skripsi, dan sisanya sibuk membangun masa depan dan karier. Untung jalan-jalan bareng? Susahnya minta ampun, tapi bukan mustahil untuk diwujudin.

Oke, sekarang saya mau nyeritain genggong through the year nih. Sejenis milestone perjalanan saya bersama sahabat-sahabat saya ini.

Oh iya, jangan senewen dulu melihat jumlah kami yang ber-13. Kami belum pernah jalan-jalan utuh kok. Paling sering itu kami jalan-jalan ber-8 karena ada saja yang berhalangan, namun jumlah maksimal jalan-jalan keluar kota kami adalah ber-10!! (tetap banyak sih hehehe)

wait, semoga gak bikin iri… :p

Dieng trip

 

Juni 2009. Berawal dari ide simpel untuk berplesir keluar kota, akhirnya tercetus lah ide Dieng. Entah gimana, pertama kali banget juga saya jalan-jalan keluar kota sendirian adalah bersama mereka-mereka ini. Saya, Ripe, Ojan, Saras, Reyzi, Ovy, dan Retha nekad banget memulai acara ‘backpacking’-an perdana kami. Berangkat dari terminal kampung rambutan saja kami sudah diserang calo-calo gila! Ditarik-tarik kayak diperkosa dan diteriakin kayak maling! Akhirnya kami tiba juga di kediaman tuhan, Dieng. Petualangan yang benar-benar seru. Kami hitch-hiking di sana dan naik turun bukit untuk mencari sunrise dan indahnya telaga warna. Tak lupa, trip perdana ini diisi photo session yang full dressed. Sampai saat ini, saya belum pernah menjumpai geng-geng jalan yang seheboh, seniat, dan segila mereka.

Agustus 2009. Geng dieng belum puas juga liburannya. Akhirnya geng dieng tadi ditambah Alan, Dina, dan Merlin melancong ke Bandung. Demi mengirit budget dan agak hipster dikit, kami naik kereta menuju kota kembang itu. Yang biasanya liburan murah di Jawa, kami merasa sangat ngegembel dan seret jalan-jalan di Bandung. Gilak! Saya aja dari Jakarta Cuma bawa 150ribu, itu pun mesti bayar tiket kereta pulang pergi. Tapi dengan budget segitu kami bisa loh ngangkot ke Kawah Putih. Perjalanannya gokil sih capeknya, tapi pemandangan di sana gokil juga!

Jogja-Semarang

Januari 2010. Liburan semester kali ini diisi oleh petualangan gila bareng genggong lagi! Yeay! Kayaknya sedari Dieng itu, kami bertekad untuk liburan bareng terus, berhubung hanya ITB dan UI saja yang liburannya ketemu, akhirnya kami hanya jalan ber-8, kali ini geng Dieng ditambah Merlin. Perjalanan pertama kami adalah Jogja! Ini pun pertama kalinya buat kami ngegembel naik kereta ekonomi, yang harga tiketnya saja Rp. 31.000. Berangkat dari Stasiun Senen, akhirnya setelah 12jam perjalanan kami tiba juga di kota gudeg ini. Kebetulan lagi sekaten juga jadi kami berpesta pora malam harinya di pasar sekaten. Siang nya, kami menemukan surga tersembunyi yaitu Pantai Sundak. Gokil sih! Waktu kami ke sana, ya hanya kami di pantai itu. Hits places selanjutnya adalah Semarang. Untuk mengirit budget kami menebeng di rumah om nya Retha yang dosen UNDIP. Kami keliling kota Semarang dan diajak juga ke Candi Gedong Songo. Nah, bagaikan bocah-bocah pinter, kami gak sempet mesen tiket balik, akhirnya lah kami tidak dapet nomor duduk di tiket pulang karena beli dadakan sebelum berangkat. Dang! Cobaan kedua banget ini adalah duduk ngemper di jalanan kereta ekonomi yang becek atau berdiri sampe mati rasa sepanjang perjalanan menuju Jakarta!

Bromo-Baluran-Bali

 

Juni 2010. Perjalanan paling ngehits di liburan semester berikutnya adalah BBB atau Bromo Baluran Bali. Nampaknya kami terlalu berambisi untuk menaklukan gunung, savana, dan pantai sekaligus, tapi we made it! Perjalanan ini juga menjadi pembuka perjalanan saya ke luar pulau Jawa. Dari stasiun senen, kami terpogoh-pogoh lari mengejar keberangkatan Matarmaja menuju Malang. Buseeet! Ini perjalanan paling menyiksa abad itu! Pantat berasa digerogoti kursi Matarmaja dengan sadisnya. Akhirnya setelah 18 jam perjalanann kami sampai juga di Malang. Tengah malam kami berangkat menuju Bromo dengan menyewa mobil elf yang seharusnya bisa diisi 16 orang, tapi kami hanya ber-8 *yeaah like a boss*. Pagi dingin yang mengharukan adalah kami berkumpul menyaksikan sunrise di Bromo dengan latar lagu Indonesia Pusaka.

Perjalanan berlanjut ke Baluran. Tempat gila ini disarankan oleh Saras yang berambisi untuk berfoto a la Titi Sjuman di iklan Citra. Dia ingin menari nari dan berpose cantik di tengah savana Bekol di jantung TN Baluran. Perjalanan ke sini bisa dibilang perjalanan paling gokil kami. Menginap di bungalow dan menyaksikan sunset savana luas membentang dengan pemandangan gunung Baluran. Berpindah malam, kami semua ngeri ketakutan karena sekeliling gelap mencekam. Berganti siang, kami beranjak ke Banyuwangi dan menyeberang ke Bali.

Membelah TN Bali Barat dan akhirnya tiba di terminal ubung dari sana menyewa angkot menuju Kuta. Baru di sana lah kami merasa kayak gembel di tengah kawasan gembel. Dilirik sebelah mata oleh bule-bule dan borjuis lokal “ih anak panti dari mana nih?” kami gak peduli dan terus mengunyah burger gocengan. Oh iya, kebetulan ini pas piala dunia, jadi malam sangat ramai di Kuta pada nobar. Baru inget juga, alasan kami ke Baluran adalah biar bisa ngaku ke Afrika nonton piala dunia hahaha (banyak loh yang percaya :P). Mau mengirit budget karena tiba di tengah malam, akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di pantai kuta. Ya di pantai! Tidur selonjoran, gegoleran, di atas pasir beratapkan langit dengan purnama dan deburan ombak. Pagi harinya kami malah menggigil dan ketiduran di penginapan sampai sore.

Masuk ke semester 5-6 perkuliahan, kami semua seperti terkepung kesibukan kuliah. Akhirnya kami vakum selama setahun lebih tanpa ngegembel bersama. Barulah ketika saya lulus duluan dan mulai bekerja, saya mendapat ajakan untuk ngegembel lagi dari mereka.

Vietnam-Singapore-Malaysia

 

Januari 2012. Ide gila untuk ngegembel di luar negeri akhirnya tercetus. Rute Vietnam-Singapore-Malaysia akhirnya tereksekusi juga pada awal tahun 2012. Hanya saya sendirian yang sudah lulus dan bekerja, sementara mereka semua akan masuk semester 8. Saya pun hanya bisa gigit jari, iri takut gak bisa gabung. Tapi, untung lah, saya masih waras untuk tidak menolak ajakan ini. Walaupun tidak bisa gegulingan di padang pasir Muine di Vietnam, tapi saya masih bisa bergabung dalam perjalanan ini. Jumat malam, saya menyusul ke Singapur dan janjian dengan mereka di Changi. Kami bertemu bagaikan teletubis, langsung berpelukan. Akhirnya kami ber-8 ngegembel lagi melintasi Singapura dan Malaysia. Untuk menghemat biaya, saya mencari host di Couchsurfing untuk kami ber-8. Awalnya berpikir akan mustahil, ternyata malah berhasil. Kami nebeng di rumah uncle Aflred di daerah Cheras, Kuala Lumpur.

Jadi kalau hanya jika ditanya apakah saya bisa jalan-jalan beramai-ramai, ya jawabannya hanya sama mereka saya bisa. Sisanya lebih baik jalan sendiri, berdua hingga ber-empat. Apa gak repot? Emang seru? Well hanya sama mereka sebuah perjalanan bisa jadi perjalanan seru. Kami dengan latar belakang yang berbeda, kesukaan yang berbeda, sudut pandang berbeda, selalu tak pernah kehabisan bahan untuk didiskusikan. Lagian, saya juga kangen jalan-jalan penuh drama bareng mereka. Hihi

14 tanggapan pada “Genggong: The very best travel mates”

  1. meidianakusuma – i'm just ordinary girl who live in extraordinary world.

    aku juga punya geng travelmate 😛 kemarin biasanya geng kita ber4 aja, tapi kmrn pas ke Hongkong beranak jadi 10, eitsss tapi ber10 itu SERU BANGET ternyataa :))

  2. Rozan Fauzan – Jakarta – Indonesian // Travel, food, film and folklore enthusiast.

    Reblogged this on Cerita Saya and commented:
    yeah, they are my travel mate, not only for traveling i think but for entire of my life 🙂
    Febri Fawzi proved that “don’t give a shit about what anybody thinks. do what you have to do, for you”!
    thanks buddy for all those wonderful travel we’ve been through!
    stay young and keep “addicted”! :p

  3. helgaindra – Blogger & Designer

    asem seru bener rame-rame gitu yah.
    cara ngatur pas beli tiketnya gimana tuh.
    kalo saya belom ada geng-geng yang bepergian macam ini
    cuma dulu pernah pergi rame-rame ke suatu tempat

    btw, saya belom pernah sama sekali ke baluran -.-
    *padahal rumah deket

    1. Febry – 🌎

      hihihi pokoknya kl diajakin “mau kesini gak?” semuanya impulsif bilang iya aja.. langsung book, gak pake debat2an dulu.
      iya kayaknya orang2 lain banyak yg gak nyaman jalan rame-rame. tapi sebenernya tergantung jalannya sama siapa sih..

      buruan lah ke Baluran, katanya, savana nya mau punah 🙁

  4. omnduut – Palembang – Bankir sesat. Pecinta buku & film yang bermimpi bisa jadi pengusaha serta bisa keliling dunia ini mengidap mamamholic sejak kecil. Sekarang tengah berjuang mewujudkan sebuah mimpi : menjadi penulis.

    Keliatan banget Feb temen-temennya seru 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.