“So was it the last September that we met right?” Tanya teman saya, pertanyaan ini membuat saya memutar kembali memori yang ada.
“Uhm, no, no, it’s 2 years ago, Chang” Jawab saya, membenarkan.
“Woow. Really? Things go so fast! and everything’s change.” Ucap Chang, dengan nada melambat. “I don’t work for that company (his former) again. It’s been 9 months I didn’t come to Beijing” tambahnya, menjelaskan seberapa rumit masalah yang dia punya. Hmm.. semacam lagunya Keane ya yang Everybody’s changing, saya rasa bukan cuma semua orang, tapi segala hal.
Kedatangan saya ke Kuala Lumpur awal Mei lalu nampaknya tidak bisa dibilang berwisata. Bahkan, saya tak pergi ke suatu objek wisata apapun. Hanya memiliki waktu 26 jam, saya sendiri bingung mau ngapain di Kuala Lumpur (ya lagian mau pulang ke Jakarta dari Medan aja, mesti ke KL dulu). Saya langsung menyolek-nyolek kenalan dan teman-teman saya yang tinggal di sana. Ya kebetulan juga dikasih tebengan sama Rendy dan teman serumahnya, berkat bantuan Swasti.
Jadi, tujuan saya ke Kuala Lumpur adalah untuk bertemu teman-teman yang sudah lama banget gak ketemu dan yang belum ketemu. Saya sudah punya banyak list ketemuan yang nyatanya.. banyak yang gagal!
Saya tiba di LCCT dengan hanya 2 ringgit saja, ya niatnya mau narik uang di atm yang berjaringan atm bersama itu, biar hanya kena potongan 5000 saja, nyatanya ATM nya rusak aja gitu!!! akhirnya saya nekat deh narik di ATM lain dan hanya bisa narik uang 50 ringgit. Oke, 50 ringgit untuk 2 hari ini di KL, semoga bisa. Mungkin karena ini juga saya tidak yakin bisa bertemu dengan semua teman yang harusnnya saya temui. Butuh ongkos dan uang jajan kan? akhirnya saya prioritaskan untuk tiba di tempatnya Rendy dulu.
Berkat ingatan yang kuat akan sistem transportasi di KL, saya bisa tiba juga di tempatnya Rendy di daerah Sungai Besi. Awalnya hanya mengandalkan wifi yang tersebar di bandara atau KL Sentral, namun kemudian putus sinyal dan hanya mengandalkan kemampuan minta-minta pulsa.
Singkat cerita, selain diajak makan di rumah makan nasi kandar di dekat rumahnya Rendy, saya berkenalan dengan dua temannya, dan mendengarkan cerita lucunya Swasti, saya juga mengagendakan untuk bertemu dengan seorang teman lama, ‘guru’ buat saya, yaitu Chang!
Ini pertemuan wajib banget, awalnya yang putus asa karena susah komunikasi, susahnya tempat janjian, gak enak juga mau ngerepotin Rendy (karena transportasi di daerah suburban KL yang ribet), dan saya hampir tewas karena ngantuk parah, akhirnya jadi juga bisa bertemu dengan si jenius Chang (bro IQ nya dia 180 aja gitu!).
Kami janjian di Starbucks Midvalley Mall. yeah! kalau ditanya ngapain aja di KL kali itu, saya hanya ngendon di mall. Kami janjian jam 3 sore, benar sih saya datang jam 3 tepat namun ternyata Chang mesti mencharge GPS nya dulu (ngomong-ngomong dia ini orang lokal tapi selalu pakai GPS di dalam kotanya sendiri) dan akhirnya kami baru bertemu sekitar jam 4 kurang.
Whoaa! senang bisa lihat senyum lebarnya dan sapaanya yang sangat bersahabat. Terakhir kami ketemu itu September 2011 di KLCC bersama dengan teman saya, Dara. Setelahnya, komunikasi yang tidak intensif lewat social media saja. Lagian, dia semacam businessman yang sibuk. Jadi ketemu sama dia semacam jadi big boss yang diprioritaskan. tsaah!
Yang mau saya ceritakan di sini.. hmm apa yah.. gak ada. hehehe cuma mau share aja kalau bertemu dengan orang yang jarang kita ketemui atau orang baru sekalipun sebegitu menyenangkannya. Soal potongan obrol di awal, itu juga bisa jadi inti dari topik pembicaraan. Kalau dulu saya bisa sering banget ngobrol sama dia, sekarang mungkin agak kurang. Namun hari itu, kami ngobrol secara langsung, ngobrol apapun!
Percaya gak orang yang apatis terhadap politik seperti saya bisa ngobrolin potilik negara Malaysia bareng dia. Gila! seru banget ngobrolin intrik intrik politik negara tetangga ini. Seberapa bobroknya ternyata transparansi di dalam negara mereka. Ya kirain Indonesia doang, tapi begitu saya ceritain bagaimana penanganan korupsi di Indonesia sekarang, si Chang malah memuji dan salut dengan Indonesia (nih denger loh warga Indon, kita selangkah lebih maju, jangan sampai kesusul lagi, hehe).
Selain ngobrolin politik, kami juga ngobrolin pengalaman dan rencana jalan saya, ngobrolin keluarganya dia, masa kecil, Malaysia sekarang, ngebandingin dengan Indonesia, Cina, dan tak lupa bisnisnya dia. Sedari obrolan terakhir dengan dia di KL hampir dua tahun lalu, ternyata sudah banyak sekali yang berubah. Iya.. ini semacam segmen galaunya, tapi ngobrol sama dia malah bukan kebawa galau, tapi jadi serius karena dia orangnya ‘moving forward’ banget! Bisnisnya yang dulu udah besar banget, berkembang di Cina dan worldwide, tapi boom! lemah gitu aja gara-gara partnernya pergi hanya dengan alasan sepele. Sekarang dia udah punya bisnis baru. Gile.. emang mesti banget mencontoh etos kerja si temen Cina satu ini (y)
Intinya, buat siapaun terutama beberapa sahabat saya yang baru aja pulang dari tugas di sebuah daerah/negara, we need to moving forward and everybody does! Saya juga pernah kan kerja (ya satu bulan doang sih) di daerah, orang-orangnya emang baik banget, makanannya enak banget, pemandangan cantik luar biasa, ada teman-teman dekat di sana mereka sedih banget melepas kami yang pergi balik ke Jakarta, ya tapi abis itu mereka balik lagi ke kehidupannya, begitu pun kita.
Seberapa jauh tempat yang kita datangi atau seberapa banyak dan beragamnya orang yang kita ketemui, kita hanya akan membawa pulang ceritanya. Simpan baik-baik cerita itu, ceritakan lagi ke sahabat-sahabat kalian, tulis jika perlu, karena bagi saya menceritakannya kembali adalah sama dengan merasakan pengalaman itu hidup lagi.
Kadang kita suka terkecoh dengan kalimat “tinggalkan zona nyamanmu”. Iya, segala fasilitas yang lengkap di perkotaan itu memang hal yang nyamanin banget, tapi inget, zona nyaman yang paling mengancam adalah bukan soal materi, tapi jiwa dan perasaan terhadap seseorang. Apapun. Selayaknya semua orang berubah, kita pun harus berubah (kearah yang lebih baik, semoga).
kadang cerita – cerita lama bisa memberi semangat ketika sedang menemukan masalah lho. jadi jangan pernah lupakan, tetapi malah bagikan 🙂
nah ini! bener banget. hehehe
next time kalau ke KL, hubungi saya..rumah saya dengan LCCT tidak jauh pun, Febry 😉
okay, baik lah Zilla.. di Salak Selatan kah? kemarin sempat berhenti di stensen itu untuk transit bus ke LCCT
tidaklah..rumah saya di puchong, berhampiran dgn cyberjaya…jika ambil ERL dari LCCT, turun aja di stesen Putrajaya…
oh oke baik lah 🙂
Maaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkk
Makasih loh udah bikin gue sedikit berkecamuk galau di minggu pagi ini 🙁
nah! Minggu pagi + udara bandung gimana gak bikin galau.. asoy lah