Bagi orang yang memang adrenaline junkie atau suka dengan petualangan, negara yang satu ini layaknya wajib masuk ke dalam list perjalanan. India, yang merupakan anak benua atau sub-continent ini memiliki dataran yang luas. Berbagai medan mulai dari pantai tropis hingga pegunungan Himalaya. Tak ketinggalan juga, keeksotisan budaya, sejarah, serta warna-warninya yang memesona.
Kebanyakan orang Indonesia lebih mengenal India lewat sudut pandang film Bollywood. Di mana wanitanya putih cantik menggoda dan prianya yang ganteng dengan badan tegap berotot. Mereka semua pintar bernyanyi dan berjoget, suka jadi pelesetan “di mana ada pohon, di situ orang India akan berjoget dan bernyanyi”. Apakah benar?
Lewat film-film Bollywood pun, kita mengenal alam dan perkotaan India yang sangat indah, bak negara-negara Eropa sana. Tak ketinggalan inspektur vijay dan drama menguras air mata di dalamnya. Apakah semua keapikan itu benar?
Cukup kontradiksi, beberapa tahun terakhir ketika mulai sering blog walking atau membaca buku perjalanan tentang India, pun juga mendengar cerita teman langsung yang jalan-jalan ke India, bilang kalau di India itu 180 derajat berbeda dengan film-film Bollywood-nya. Kotanya semrawut, kotor, bau, dan sepulang perjalanan pasti kena diare atau penyakit-penyakit yang aneh-aneh. Nah, bener gak sih?
Dari pada penasaran, kemudian saya menguatkan tekad untuk pergi ke India. Awalnya 2014 saya sudah merencanakan akan pergi di bulan Maret, tepat dengan adanya pelaksanaan Holi Festival (festival warna). Rencana ini kandas begitu saja ketika saya baru masuk ke dalam sebuah kantor yang baru. Tak punya cuti dan biaya membuat saya mengurungkan niat. Tak perlu menunggu lama, setahun kemudian saya berhasil membuat rencana lagi untuk pergi ke India. Semua dimulai ketika menemukan tiket murah dari maskapai budget terbaik dunia. Lalu, saya pesan lah tiket Kuala Lumpur – Hyderabad – Kuala Lumpur hanya dengan RM 190. Ditambah dengan Jakarta – Kuala Lumpur dengan Rp 170.000. Menjelang berangkat, barulah saya melengkapi semua tiket pesawat dengan Kuala Lumpur – Jakarta seharga Rp 370.000.
Waktu Terbaik Traveling ke India
Saya banyak mendengar bahwa waktu traveling ke India yang terbaik adalah pada bulan Oktober hingga Maret. Memang awalnya saya berencana untuk menghabiskan pergantian umur di India, yaitu pada pertengahan February, namun saya baru ingat bahwa akan lebih baik jika saya datang ke India bertepatan dengan Holi Festival. Kebetulan Holi Festival di India berlangsung pada tanggal 6 Maret. Alhasil saya memesan tiket pada tanggal 2 Maret hingga 12 Maret.
Pada bulan Maret, suhu udara di India bagian utara tergolong bersahabat. Cuacanya cerah (karena pada Januari – Februari cuaca akan berkabut) dan udaranya pun cukup sejuk. Terlebih saat malam, suhu di India pada bulan Maret saya bisa menyentuh 10 derajat celcius.
Kenapa Terbang ke Hyderabad?
Pertama adalah karena alasan tiketnya yang murah. Saya berencana untuk memulai dari Kolkata namun tiketnya tak semurah dari Hyderabad. Kemudian, Hyderabad pun masih tergolong India bagian tengah. Berbeda dengan Bangalore maupun Chennai yang berada cukup jauh di bagian selatan sementara hampir semua destinasi yang saya mau berada di bagian utara.
Rute Perjalanan di India
Dari Hyderabad, awalnya saya menyusun dua buah rute. Sebenarnya kedua rute tersebut hampir sama namun berbeda di pada pergerakannya saja. Opsi pertama mengizinkan saya untuk mendapatkan Holi festival di Delhi lalu opsi kedua membuat saya merayakan Holi festival di Jodhpur. Namun, saya malah mendapatkan rute baru yang mana bisa dibilang perpaduan antara kedua buah rute dan sedikit modifikasi.
View Full Size Travel Map
Hyderabad – Agra: Perjalanan dengan kereta selama 23 jam. Tujuan utama adalah untuk melihat New 7 Wonders of the World, yaitu Taj Mahal.
Delhi: Perjalanan dengan kereta hanya 2 jam saja dari Agra. Awalnya saya kurang minat untuk berkunjung ke Delhi namun teman seperjalanan saya bilang “masa kita gak ke ibukota India sih?”, okay, make sense, right?
Mathura/Vrindavan: Tujuan utama perjalanan ini adalah untuk merayakan Holi Festival. Lalu, di mana kah tempat terbaik untuk merayakan Holi? Setelah riset sana sini, kami mendapatkan sebuah kota yang wajib dikunjungi saat Holi, yaitu Vrindavan! Kota kelahiran Dewa Khrisna yang terletak 30 menit dari Agra dan 2 jam dari Delhi
Jodhpur: Kami memutuskan untuk melompati Jaipur, ibukota provinsi Rajasthan. Jodhpur merupakan salah satu top #travelwishlist saya. Kota biru ini bisa dicapai dengan menaiki kereta dari Delhi selama 10 jam.
Jaisalmer: Mendekat sedikit ke perbatasan India – Pakistan, Jaisalmer menawarkan pemandangan kota emas dengan Thar Desert sebagai primadonanya. Hanya 5 jam naik kereta dari Jodhpur.
Jaisalmer – Ahmedabad: Meleset dari perhitungan, kami kelebihan waktu satu hari, alhasil kami memutuskan untuk berangkat lebih awal ke Mumbai. Sebagai titik tengah antara Jaisalmer dan Mumbai, Ahmedabad adalah kota transit yang memungkinkan kami melanjutkan perjalanan ke Mumbai. Perjalanan dengan bus selama 10 jam.
Mumbai: “What do you like about Mumbai” I asked a passenger on the train. “Everything, Mumbai is Everything” she said. Well, I guess I am with her! Kota Bollywood ini mungkin akan menjawab segala keresahan saya terhadap film-film India.
Mumbai – Hyderabad: Kami memotong waktu perjalanan yang seharusnya dengan kereta itu 16 jam, namun naik pesawat hanya 1 jam 45 menit. Tentu dengan biaya yang tak jauh berbeda.
Perkiraan Budget Traveling ke India
Perjalanan selama 10 hari dengan rute yang cukup muluk ini rasanya akan membuat budget-budget perjalanan menjadi sedikit muluk juga. Mulai dari biaya transportasi, akomodasi, dan lain lain, saya membuat perkiraan biaya sebesar USD 400.
Jadi apa yang perlu dipersiapkan? Tentu paspor, visa, booking transportasi selama di sana, dan reservasi untuk akomodasi. Tunggu postingan berikut tentang cara membuat visa India (di kedutaan dan visa online) dan juga cara booking kereta di India.