Sebuah perjalanan tak komplit jika tak ada drama, apa lagi perjalanan ke Tanah Bollywood. Jadi ceritanya waktu perjalanan di India kemarin, terutama di Delhi dan sekitarnya, ada beberapa drama yang terjadi. Rasanya tak seru kalau tak diceritakan di blog ini. Sekalian buat berbagi pengalaman juga sebagai diary nih kalau-kalau saya mau nostalgia. Yaudah.. tanpa ada Shahrukh Khan atau Amitabh Bachchan, mari kita mulai Drama Delhi.
Selamat Datang di Paharganj
Singkat cerita, perjalanan kereta dengan AC Chair Car sangatlah nyaman. Saya dan kedua teman jalan tiba di Stasiun New Delhi pada tengah malam. Suasana di luar stasiun sangatlah gelap, mirip dengan suasana Terminal Kampung Melayu, lebih seram bahkan. Kemudian berbekal peta yang sudah kami printscreen, kami berjalan kaki memasuki kawasan Paharganj. Karena peta tak banyak membantu, akhirnya kami tanya sana-sini soal keberadaan hostel yang kami sudah booking. Sebelum berangkat kami sudah booking penginapan di Kuldeep Friends Hostel lewat hostelworld.com.
Boleh dibilang orang-orang yang mangkal di Paharganj malam itu cukup ko-operatif karena ketika ditanya mau menjawab, ya entah jawabannya ini tipuan apa beneran. Akhirnya, setelah menyusuri Main Bazaar yang kumuh dan semrawut di malam yang dingin, kami bisa menemukan gang kecil tempat Kuldeep Friends Hostel berada. Beneran deh, gang nya itu kumuh, sempit, dan bau banget. Saya jadi mikir-mikir mau nginap di sana. Padahal yang menentukan penginapan itu saya! hahaha
Okeh, kami masuk ke lobi dan proses check in berjalan dengan lancar. Disuruh menunggu sekitar 10-15 menit oleh stafnya. Kemudian setelah menunggu, kami bukan diantar ke kamar malah diajak keluar hostel dan dibawa masuk lebih dalam ke gang tersebut. “Oh mungkin tadi lobinya, yang sekarang ini kamar sungguhannya” Ternyata.. jalannya makin jauh dan muter-muter. Timbullah prasangka buruk. “Jangan-jangan kami mau diculik??” pikir saya dalam hati dengan suara-suara menggema layaknya suara Leli Sagita di sinetron.
Kami berjalan mengikuti staf itu cukup lama, kira-kira 15 menit. Entah sudah berada di mana tapi suasananya masih sama, saya rasa kami masih di Paharganj. Kemudian, muncullah titik terang ketika kami masuk ke dalam sebuah penginapan bernama “Yess Boss!”. Kami disambut dengan ramah oleh sepasang suami-istri penjaga hostel. Ternyata kami ditransfer. Dan membayar sesuai dengan yang kami booking. Pheewwhhh! Untung saja! Dan kalau boleh bilang, suasana kamarnya jauh lebih bagus ketimbang yang saya lihat di Kuldeep Friends Hostel. Di Yess Boss ini ada kamar mandi dalam, air hangat untuk mandi, tempat tidur double bed (yang muat untuk bertiga), dan free wi-fi!
Kejar-kejaran Kereta
Mengejar kereta di India
Hari itu, setelah berkeliling New Delhi, kami menghabiskan sore dan menanti senja yang sejuk di Red Fort. Suasananya sungguh santai di sana. Namun.. suasana santai tersebut akan berubah 180 derajat! Kenapa?
“Ohh keretanya jam 6..” ucap saya santai.. “WHAT?? JAM 6.30??” kemudian saya baru engeh.. saat saya berucap tersebut, waktu sudah menunjukkan jam 5.59 sore. Berarti kami punya waktu 30 menit untuk mengejar kereta!!
Jadi gini kronologisnya. Pada pagi hari ketika check out hostel, kami memutuskan untuk menitip ransel kami karena males banget keliling kota tapi bawa-bawa gembolan. Kemudian perjalanan keliling New Delhi berjalan lancar. Sore harinya kami harus kembali ke hostel untuk mengambil barang dan naik kereta di NDLS (New Delhi Railway Station) pada pukul 6.30 sore menuju Mathura, yang tiba pada pukul 9 malam di Mathura. Begonya, saya engehnya jam 9 itu adalah jam keberangkatan di NDLS. Nah loh?
Santai di Red Fort
Alhasil… dari Red Fort yang awalnya santai dan leyeh-leyeh, kemudian kami berlari sekuat tenaga. Langsung berhentiin bajaj dan secepat mungkin menawar. Kami deal di harga 100 rupee dari Red Fort ke Paharganj. Waktu tempuhnya sih harusnya cukup ya 15-20 menit tapi entah kenapa lampu merahnya lama banget.
Saya sudah tak mau lihat jam, begitu tiba di Paharganj, kami turun bajaj namun si supir malah minta uang lebih. Saya sempat berantem dulu. Saya bilang 100 rupee tapi dia minta 200 rupee. Di sini lah ketegasan harus dikeluarkan. Mimik wajah menguat, suara dinyaringkan, dan tangan membantu mimik. Intinya, bahasa tubuh juga dikeluarkan untuk menunjukkan ketegasan.
Mengejar Kereta
Oke, balik ke ngejar kereta. Kami ke Paharganj dan langsung lari ke hostel untuk mengambil ransel. Tanpa ba-bi-bu, kami ambil ransel dan pamit dengan si yang punya hostel. Kami langsung lari ke NDLS sekuat tenaga. Akhirnya.. di tengah buanyaaaaknya peron di NDLS, kami kehilangan kereta menuju Mathura. Oke.. ternyata ketinggalan kereta bukanlah mitos, ini kenyataan!
Drama Tiket Kereta
Drama berlanjut dong.. Jadi kami ke Mathura itu karena ingin ikutan Holi Festival di Vrindavan. Menurut info yang kami dapat, salah satu Holi Festival paling meriah ada di kota suci Vrindavan, tempat kelahiran Dewa Khrisna. Lantas.. kalau sudah ketinggalan kereta gini, masa kami harus menyerah? Ini adalah salah satu cita-cita saya dan kami pun sudah booking penginapan di Vrindavan.
Jadi.. solusinya adalah, kami harus mencari tiket kereta, malam itu juga! Oke, yang satu ini bisa disimak, kali-kali ada yang mau merencanakan beli tiket kereta go show saat jalan-jalan ke India.
Pertama-tama kami ke Pusat Turis Internasional yang ada di lantai 2 NDLS. Di sana ada ruangan luas ber-AC dan banyak staf yang bisa membantu. Sayangnya, setelah mengantre dan bertanya pada pusat informasi, kami tidak bisa beli tiket di sana karena tempat itu hanya menjual tiket non hari-H atau tidak jual tiket dadakan.
Kedua, berdasarkan himbauan staf di Pusat Turis Internasional, kami turun ke bawah. Ada loket di lantai 1 yang selalu ramai dikerubungi warga lokal. Jadi cara mainnya adalah.. kita cek dulu ketersediaan tempat duduk. Perhatikan tujuan, perhatikan nomor kereta yang mau kita beli. Nomor kereta di sini sangat penting!
Belum sempat mencoba dan diserang rasa panik, kami duduk dan keluar dari kerumunan antrean. Kemudian ada seorang pria yang menghampiri kami. Dia mengaku sebagai staf dari Pusat Turis Internasional sambil menunjukkan name-tag. Oke, karena posisi lagi genting dan kami butuh cepat, dia mengajak kami untuk ke kantornya. Tapi.. dia menunjukkan kantornya ada di seberang NDLS, di luar kompleks NDLS malah. Saya curiga dong. Tapi dia tetap bersikeras dan saya pikir, ah ga ada salahnya dicoba.
Anehnya, kami malah diajak ke dalam gedung kecil dan naik ke lantai 2-nya. Dia menyuruh kami duduk dan menunggu. 10 menit menunggu, kami gelisah soalnya kami butuh kepastian segera. Akhirnya setelah mau pergi dari tempat itu, baru lah kami digubris. Dia langsung bertanya-tanya mengenai data diri dan tujuan. Dia menulis di atas sebuah kertas putih yang kucel, bahkan bukan sebuah formulis a la staf yang resmi. Kemudian rasa kesal saya memuncak ketika dia dangan lama-nya menulis data diri yang disalin dari paspor kami. Duh… lalu setelah itu barulah menelepon sebuah agen entah siapa. Barulah mereka memberitahukan harga tiket kereta setelah saya desak berkali-kali. Sayangnya setelah saya itung-itung, harganya mahal banget. Akhirnya karena makin curiga dan kesal, saya dan dua orang teman jalan memutuskan untuk kabur dari tempat itu. Kami buru-buru balik ke NDLS dan loket tadi. Memang di kala sulit gini, ada aja orang yang memanfaatkannya.
Balik ke loket, barulah kami memulai proses pembelian tiket dari awal. Melihat kursi kosong. Kemudian kami menemukan harga di kelas termurah adalah di kelas 3-tier. Oke, ini nyaman dan terjangkau. Kemudian kami mengisi formulis dan untungnya ada orang baik yang mau memberikantahukan cara mengisi formulirnya.
Alhasil, dengan berdesak-desakan di tengah Orang India yang gak kenal antre, akhirnya saya berhasil mendapatkan 3 tiket di kelas AC 3-tier menuju Mathura. Kali ini berangkat jam 10 malam. Kami mesti menunggu sekitar 2-3 jam. Pheewwwhh… cukup lega.
Sempat ngobrol dengan warga lokal di kereta menuju Vrindavan
Siapa Bilang Drama Selesai?
Tunggu dulu guys.. drama belum selesai hahaha semoga belum capek bacanya.
Kali ini bukan soal ketinggalan kereta lagi karena kami bisa dengan tepat waktu naik kereta menuju Mathura. Meski tertidur di dalam kereta, kami juga tidak ketiduran dan turun pas di Stasiun Mathura. Tapi ada satu tragedi yang menurut saya puncak dari segala-galanya ‘huftness’
Ketika menginjakkan kaki di Stasiun Mathura, saya tersenyum sekaligus menaikkan resleting jaket. Malam itu sangat dingin dan pemandangan jadi berkabut. Suasana stasiun ramai namun cukup hening. Tau gak? saya sempat kaget ketika ingin keluar stasiun karena kami harus melangkahi tubuh-tubuh tertutup kain putih yang tergeletak begitu saja di peron dan lobi stasiun. OMG!! Spooky!
Dengan memegang booking-an di Agoda, tujuan kami selanjutnya adalah Hotel Shri Krisna Dam di Kota Vrindavan. Jarak Mathura ke Vrindavan kira-kira 15 km, tak terlalu jauh kan? Akhirnya kami memutuskan naik bajaj dari Stasiun Mathura. Waktu menunjukkan pukul 1 malam. Suasana gelap, sunyi, dan berkabut. Ada satu masa di mana saya merasa ketakutan dan menggigil kedinginan. Mata mengantuk namun tak bisa tertidur karena harus selalu awas, kalau-kalau… kalau-kalau.. ah.. untungnya tak terjadi apa-apa.
Kota Vrindavan
Kami tiba di Kota Vrindavan namun celakanya.. kota ini tidak seperti yang kami bayangkan. Lebih seperti desa, Vrindavan benar-benar menyeramkan di saat malam. Supir bajaj kami tak bisa berbahasa Inggris. Hanya bermodalkan alamat di booking-an hotel Agoda, si supir bertanya sana-sini namun tak ada yang tahu di mana hotel ini berada.
Lebih dari 30 menit kami keliling Vrindavan dengan bajaj namun tak juga ketemu. Sempat di supir bajaj dipalak suruh mengoper kami ke bajaj lainnya tapi dia menolak. Semuanya di sana tak bisa berbahasa Inggris. Duh!
Kemudian ada orang di pinggir jalan yang memberikan klu di mana jalan yang dimaksud. Kami meluncur dan tentunya kami tetap awas melihat kanan-kiri kalau-kalau menemukan hotelnya. Dan.. sekitar 10 menit melaju, akhirnya kami menemukan hotel tersebut. Saya memberhentikan bajaj dan kami semua turun lalu membayar. Tak lupa berterima kasih dan meminta maaf ke pada si supir, walau di awal-awal tadi cukup kesal.
Kami masuk ke Hotel Shri Krisna Dam, tapi tak ada orang di lobi. Menunggu 15 menit, ada seorang anak muda datang. Kami memberikan hasil print booking-an dari Agoda. Eh sekonyong-konyong dia melemparkan kertas tersebut dan bilang “No this is not your hotel.”. “WHAAAAAT????”. Kami sempat berdebat namun tetap berpikiran positif. Lalu dia bilang “You can find the hotel on that street, it’s only 300 meter, turn left”. Oke.. males bedebat, kami mengalah dan mencoba mencarinya.
Celakanya.. sudah berjalan ngalor-ngidul lebih dari 1 jam, kami tak menemukan hotel yang dimaksud. Bayangkan itu sudah jam 2 pagi!! Akhirnya kami memutuskan untuk mencari penginapan terdekat. Dipatok harga 1000 rupe untuk satu kamar. Kamarnya baru selesai dibangun jadi masih bau semen dan cat. Huekss.. gak enak banget tapi dibela-belain karena sudah lelah dengan drama-drama yang terjadi hari itu. Lagi pula.. besok adalah hari yang dinanti yaitu Holi Festival. Kami semua mencoba untuk melupakan semua tragedi tersebut.
Oke guys… jadi kesimpulannya:
- Selalu periksa jadwal kereta ya!
- Catet semua jadwal keberangkatan dan buatlah reminder di hape atau tulis dijidad.
- Siapkan semua informasi tentang skenario ketinggalan kereta
- Kalau booking hotel, dicari tahu yang jelas keberadaannya, jangan yang ghaib.
- Cari tahu nomor telepon hotelnya
Semoga kita semua bisa memetik pelajaran dari sini. Sekian. #lelakh
Pingback: 5 Kota Wisata di India Yang Wajib Dikunjungi – TRIP TO TRIP
Pingback: Panduan Jalan-jalan ke Mumbai – TRIP TO TRIP
Pingback: Seberapa Buruk Pengalaman Kamu di India? Ini Pengalaman Saya! – TRIP TO TRIP
Halo mas febry, mau tanya itu di stasiun mathura ada kaya kios buat order tuktuk yang resmi ga yang kaya di stasiun agra? Jadi kita ga perlu nego2 lagi ama supirnya. Kira2 berapa ya mas ongkosnya? Tks
Waktu itu saya sampai tengah malam, jd mungkin loketnya tutup ya. Mungkin kalau datang agak siangan, tersedia juga loketnya mba 🙂
Untuk tarif dari Mathura ke Vrindavan kalau gak salah ingat tuh 400 – 500 rupee mba
Pingback: Jalan-jalan di Jodhpur dalam Sehari (Part 1) | TRIP TO TRIP
ya ampuuun…dramanya ngga banget yaaa..plus ada hotel dipesan lewat Agoda tapi bisa ngga ketemu aslinya :(. Harus dicatat dengan baik niiih 🙂
Catat nomor teleponnya juga ya mba..
Pingback: Holi Festival di Kota Paling ‘Holy’ | TRIP TO TRIP
Setiap membaca kisah blogger2 ke India, entah berapapun durasinya, pasti saya menemukan ada drama di setiap perjalanannya, termasuk ini! Seru sekali lah bisa ‘ngos-ngosan’ di negeri orang hahaha 😀
Sama kayak jalan-jalan di sini, banyak hal yang tak terduga hehehe mungkin di situ petualangannya ya?
Iya Mas, pelajaran baru dan pengalaman baru, kadang bikin berkesan 🙂
Busyeeettt seperti reality show yang drama banget ya! Hahaha adrenalin kenceng banget
Iya banget Bro! Berasa lagi ada di film deh..
Gilaaakkk, drama banget Feb, kalo gw pasti nagis sambil ngamuk2 emosi. Jadi ingat kejadian penipuan kereta dan bis di Bangkok. Emang yah saat kita susah, masih adaaaa ajah manusia berusaha membuat kita lebih susah. *jadi ikutan emosi*. Finally bisa tidur juga yah, berarti tinggal cerita Holi-nya. eh udah belum sih?
Belum Yuna.. eh sekarang sih sudah dipost. Ayo cek postingan terbaru hehe
banget bikin emosi.. tapi kalau inget sekarang sih cuma ketawa-ketawa aja. hehe
Sebentar di check.
Ah,suka gitu yah, kalo kejadian bikin keselpas diingat lagi, terutama mau di tulis, jadi ketawa-ketawa sendiri. 😀
Bacanya jadi ikutan ngos-ngosan feb.
ngebayangin kalo aku jadi travelmate kamu waktu kesana hahaha. Lari-larian, panik, emosi
Nulisnya juga sampe mules karena pas inget ngejar-ngejar kereta itu..
Jadi ketinggalan kereta ini benaran bakal ternjadi di india yaaaa #BukanMitos
haha iya mas Cumi.. jangan kira kereta di India bakal ngaret, ternyata malah pernah jg jalannya kecepetan
Wow! Jadi hotel yang sudah dipesang di Vrindavan itu akhirnya gak ktemu, meskipun kalian pesan lewat Agoda? Benar-benar hari penuh drama tuh Feb.
Tapi aku sendiri kadang sering bingung kalau ditanya orang, apa dramaku waktu di India. Soalnya pas kesana, semua lancar-lancar aja. Padahal sendirian jalannya. Ada sih drama pas pertama masuk India via Kolkata di malam pertama, tapi itu sudah aku antisipasi. Aku cuma membuktikan kalau itu ada, tapi sisanya lancar jaya selama di India. Malah banyak dibantuin orang. Mungkin aku harus tulis ini kali ya, versi yang berbeda tentang traveling di India hahahaha
Wah Bart, beruntung banget dong! haha iya harus banget nulis versi ‘Miracle India’ hehehe biar orang-orang tahu dua sisi India.
Ngomong-ngomong, si hotel di Vrindavan itu ya kami ikhlasin aja.. gatau deh tuh sampe sekarang ada apa engga si hotel itu. Curiganya sih hotel yang pertama kami datangi itu, ya itu hotel yang kami maksud tapi stafnya aja masih magang kali.
Miracle India? sounds good! Boleh tuh aku jadiin judul untuk postinganku selanjutnya tentang ‘keajaiban-keajaiban’ yang aku temui selama di India.
Tapi ini aku lagi ngedraft tulisan tentang sedikit kejadian-kejadian gak mengenakkan selama di sana. Agak PR juga nih untuk mengingatnya, soalnya selama 17 hari ternyata gak banyak dan gak sial-sial amat. Hmmm ini aku harus bersyukur atau sebaliknya ya? hahahaha
Memang cari alamat hôtel di India itu tricky banget. Kadang-kadang udah muter-muter eh gak taunya udah kita lewati 🙂
Mesti bersyukur berarti Bart! haha
Ditunggu tulisan soal miracle India-nya ya..
Iya, mapping di India ternyata sama kayak di sini, susah…
Iya, alhamdulillaaaah 😊😊
Siiip, tapi ngedraft yg agak sialnya dulu nih, abis sering ditanyain juga.
Cobain deh ke Nepal, di sana alamat hotel gak pake nomor atau rt rw melainkan nama daerah plus kode pos aja 😀
Drama bangeeeet!!! Ke India beneran mesti persiapan matang ya kayaknya :O
Kalau lama.. harus banget dipersiapkan hingga ke-detil-detilnya hehe tapi kalau mau petualangan, ya go show aja kali ya
Kayaknya gak berani nih go show, saya panikan orangnya 😀
Tapi kayaknya sendirian gak recommended ya?
Sendirian sih asik-asik aja, cuma ya harus ekstra hati-hati.
Kayaknya nungguin postingan India di sini aja deh, belum berani berangkat 😀