Lompat ke konten

Cerita Backpacking di Mumbai

Meskipun suka merencanakan perjalanan/itinerary secara detail, tapi saya senang keleluasaan. Bagi saya, itinerary adalah panduan dan gambaran agar tidak hilang. Ya baik hilang diri atau nyasar maupun juga hilang uang. Trip ke India pada tahun 2015 lalu saya sudah punya persiapan yang 75% matang namun saya juga memberikan ruang untuk keleluasaan. Misalnya.. sedari Jaisalmer kemarin, akhirnya saya memutuskan untuk menghabiskan 2 malam di Mumbai. Nah ini dia cerita backpacking di Mumbai.

Saya gak kebayang bagaimana orang zaman dulu bepergian. Di saat booking tiket pesawat atau penginapan mesti ke travel agent atau banyak juga yang memutuskan untuk ‘go show’ aja. Saya pernah sih melakukan trip yang ‘go show’ buat penginapannya, seru-seru ngeselin! haha

Setelah kejadian yang menguras tenaga serta emosi, akhirnya saya, Andre, dan Adjuy tiba di Mumbai. Sayangnya kami tiba di Mumbai Central Station, bukan di Chhatrapati Shivaji Terminus (CST) railway station. Iya.. itu loh stasiun kereta tersibuk se-dunia. Stasiun kereta yang cantik dan iconic-nya kota Mumbai.

Akhirnya kami bertanya ke warga lokal bagaimana cara ke CST station. Ada banyak orang yang mau bantu jawab, tak jarang juga yang tidak tahu. Tapi akhirnya kami bisa menemukan rute bus dan tempat naiknya. Saya semangat buat jalan kaki dan naik bus di Mumbai. Begitu naik bus, kami langsung disambut oleh warga Mumbai yang sangat beragam. Pada dasarnya India adalah negara dengan penduduk yang sangat beragam. Inilah yang saya lihat di Mumbai, semuanya nyatu. Agak berbeda dari New Delhi.

Di Mumbai orang-orangnya terlihat lebih ramah dan hidup. Saya sangat suka dengan ‘vibe’ kota ini. Nuansa kota yang sibuk dengan warganya yang berpakaian tradisional seperti ‘sari’ sampai pakaian formil seperti jas, berseliweran di pinggir jalan. Ditemani dengan arsitektur peninggalan kolonial Inggris yang masih apik berdiri.

Hanya sekitar 30 menit, kami tiba di CST Station. Saya langsung terpukau oleh keindahan arsitekturnya. Saya juga sangat bahagia bisa jalan kaki dan merasakan matahari sore setelah terkurung di dalam kereta yang sumpek selama hampir 12 jam.

Sialnya.. kami belum booking penginapan untuk nanti malam. Kami tiba lebih awal di Mumbai. Jadinya kami menepi dulu ke McDonalds di seberang CST Station, mau merapel sarapan dan makan siang dan meluruskan kaki. Untungnya ada wifi gratis di McDonalads, di situ saya langsung cari hostel terdekat dan termurah. Dapat satu hotel namanya Hotel Windsor, lokasinya hanya sekitar 1,5 km dari lokasi kami sekarang. Begitu selesai booking, kami langsung capcus ke sana.

Oh iya, buat catatan: Saya gak menduga kalau hostel di Mumbai akan sangat mahal. Dibanding dengan New Delhi dan kota-kota lainnya di India, harga Hostel Windsor adalah sekitar Rp 150.000/malam untuk satu tempat tidur di dormitory. Sementara di New Delhi, kami bisa dapat satu kamar double bed, kamar mandi dalam, dan sarapan, dengan tarif Rp 150.000/kamar/malam untuk tiga orang. hehehe

Memang Hotel Windsor ini salah satu yang termurah dan paling ‘recommended’ berdasarkan situs booking hotel terkemuka. Satu yang disayangkan, lokasinya berada di kota tua yang kanan kiri bangunannya adalah gudang dan lorong yang gelap. Hotel Windsor sendiri berlokasi di bangunan tua dan agak horor. Tapi begitu sampai kami disapa oleh staf yang ramah. Sepertinya bangunan dan hotel ini sendiri menjadi tempat ibadah umat kristiani di akhir pekan dan juga menjadi asrama bagi biarawan di sana.

Begitu check-in dan masuk ke kamar, kami langsung rebutan buat mandi. Saya udah gak sabar buat mensucikan diri dari daki dan keringat yang didapat di ‘kereta India yang sesungguhnya’ tersebut. Saya sampai sabunan dan keramas berkali-kali. Setelah selesai, rasanya seperti terlahir kembali.

Sore harinya kami jalan-jalan sebentar di sekitar penginapan dan menemukan banyak jajanan. Akhirnya.. memang manusia kota, gak bisa lama-lama jauh dari ‘kehidupan’.

Jalan-jalan sore di Mumbai
Dua pajalan tangguh yang berdiri dalam toilet selama 10 jam
Akhirnya makan enak juga ya Allah..

16 tanggapan pada “Cerita Backpacking di Mumbai”

  1. Pingback: Berencana ke India? Ini Dia Panduan Jalan-jalan ke Mumbai

  2. Pingback: 5 Kota Wisata di India Yang Wajib Dikunjungi – Trip To Trip

  3. Pingback: 5 Kota Wisata di India Yang Wajib Dikunjungi – TRIP TO TRIP

  4. Pingback: Panduan Jalan-jalan ke Mumbai – TRIP TO TRIP

  5. Matius Teguh Nugroho – Bandung – Anak laki-laki yang suka kopi, pergi-pergi, dan kereta api. Yuk ngerumpi :D contact: teguh.nugroho8@gmail.com

    (((terlahir kembali)))

    Tooosss sesama manusia kota, wkwkwk. Jadi Mumbai memang kota kosmopolitan banget ya, berbagai ras dan etnis ada. Ditunggu cerita selanjutnya soal Mumbai 😀

  6. Blogmessa

    Setuju mas Febri, itinerary adalah panduan agar tak hilang arah 🙂 btw cantik banget stasiun CST-nya. kalo enggak salah Mumbai ini kayak Hollywood-nya Amerika Serikat ya…

  7. ekahei – selalu ada kisah dalam setiap aktivitas

    Perjalanan tanpa itinerary juga seru-seru ngesalin. Heheheh, itu gimana ceritanya bisa terjebak berdiri di dlm toilet selama 10 jam??

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.