Lompat ke konten

Panduan Jalan-jalan ke Mumbai

Punya waktu sebentar di Mumbai bukan berarti gak bisa menikmatinya secara maksimal. Ini panduan jalan-jalan ke Mumbai secara singkat dan efektif.

Mumbai, kota metropolis kosmopolitan ini dikenal juga dengan nama Bombay, kota terbesar dan tersibuk di India. Kenapa kota ini begitu menarik? Mumbai merupakan pertemuan budaya atau biasa disebut juga sebagai melting spot. Tak hanya peninggalan zaman kolonial Inggris yang dapat ditemui di sini namun juga perpaduan antara beragam masyarakat India. Tak heran kalau Mumbai sangatlah beragam, pada tahun 2005 saja dikatakan ada 21 juta orang di kota ini, membuat Mumbai sebagai salah satu kota terdapat di dunia.

Mumbai tak hanya ramai sebagai pusat bisnis namun juga hiburan. Mumbai juga disebut-sebut sebagai kota Bollywood. Kita tahu sendiri kan bagaimana kuatnya industri film India? Bahkan jumlah film Hollywood saja kalah dengan jumlah film Bollywood. Saking cintanya warga India dengan film-film Bollywood, pemasar film-film Hollywood sampai kesulitan untuk menembus masuk ke pasar India.

Bagaimana Cara Menuju Mumbai?

Kalau kebanyakan orang berkunjung ke India hanya untuk melihat Taj Mahal dan ‘Golden Triangle’ yaitu Delhi — Agra — Jaipur, maka saya memilih untuk juga mampir ke Mumbai. Memang Mumbai agak jauh dari Delhi dan destinasi wisata ‘Golden Triangle’ namun ada banyak pilihan transportasi di India, harganya pun bisa dibilang terjangkau.

Untuk menuju Mumbai dari New Delhi, kamu bisa langsung naik pesawat. Pastinya rute tersebut adalah rute sibuk, akan ada banyak promo karena intensitas penerbangannya yang tinggi. Buat yang mengincar tiket murah dari Asia Tenggara, kamu bisa cari penerbangan murah dari Singapura atau Kuala Lumpur ke kota-kota besar India di bagian selatan. Misalnya saya memilih terbang ke Hyderabad karena tiket promo. Nah dari Hyderabad, kamu bisa naik kereta maupun pesawat. Harga kereta mungkin sekitar Rp 300.000 di kelas AC 2 Tier dengan waktu perjalanan 12— 16 jam namun kalau memilih naik pesawat perjalanan hanya 1-2 jam dan harganya bisa Rp 500.000 — 600.000 aja.

Jalan-jalan Keliling Mumbai

Kebetulan saya hanya punya waktu sebentar saja di Mumbai. Pada hari kedua saya di Mumbai, barulah saya bisa memanfaatkan waktu seharian untuk keliling Mumbai. Tapi.. Mumbai itu kan kota metropolitan yang sangat besar, jadi harus pilih destinasi dengan teliti.

12 jam di Mumbai enaknya dihabiskan di mana? Berhubung saya menginap di kawasan selatan, tepatnya dekat dengan CST Station, maka saya memutuskan untuk menghabiskan 12 jam di kawasan selatan Mumbai, yaitu Fort, Colaba, Chruchgate, dan Chowpatty.

Untuk berkeliling tempat-tempat yang saya sebutkan di atas, saya hanya bermodalkan kaki. Jalan kaki sambil mengagumi arsitektur kota tua Mumbai adalah tema perjalanan saya di Mumbai kali ini. Kalau kamu malas, bisa juga sih naik taksi atau juga bus kota. Tapi berhubung Mumbai punya ruang untuk pejalan kaki yang luas, banyak bangunan dan pepohonan sehingga cukup rindang, maka berjalan kaki merupakan pilihan seru.

Klik peta untuk melihat peta interaktif

CST Station

Chhatrapati Shivahi Terminus, atau dulunya disebut Victoria Terminus merupakan salah satu bangunan bersejarah dan bisa dibilang sebagai stasiun kereta pertama di India. Bangunan ini masih berdiri kokoh dengan gaya arsitektur Victorian Gothic, menyatu dengan tema arsitektur tradisional India. Bangunan ini didesain oleh arsitek asal Inggris yaitu F. W. Stevens, yang kemudian menjadi simbol kota Bombay/Mumbai sebagai ‘Gothic City’, yang mana kemudian kota ini menjadi pelabuhan internasional utama di India.

Stasiun Kereta Chhatrapati Shivaji Terminus

 

Stasiun ini dibangun selama 10 tahun loh, dimulai dari tahun 1878. Dibangun dengan kubah batu, menara, gerbang, dan layout lantai unik khas arsitektur istana India. Bangunan ini juga merupakan contoh perpaduan dua budaya yang cantik. Tak heran bangunan ini menjadi ikon kota Mumbai hingga saat ini. Sejarah dan keunikannya tadi membuat bangunan ini menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.

Salah satu fakta menakjubkan lainnya, terminal kereta ini setiap harinya menampung sekitar 3 juta penumpang, makanya Victoria Terminus ini merupakan salah satu terminal kereta tersibuk di dunia. Kalau kamu mau masuk dan coba naik kereta dari sini juga bisa. Waktu itu saya naik sejenis commuter line di Mumbai. Tapi.. jangan coba-coba naik kereta di jam-jam sibuk (seperti pulang kantor).

Horniman Circle

Eits.. jangan salah baca dan salah mengartikan ‘Horniman’ ya.. Ketika jalan-jalan ke sini, saya juga gak tau kenapa namanya Horniman. Kemudian setelah baca-baca, Horniman merupakan nama dari Benjamin Horniman, seorang editor dari koran Bombay Cronicle, yang mana mendukung kemerdekaan India. Di kawasan ini terdapat bangunan bergaya kolonial yang sangat instagram-able. Selain itu, ada juga taman teduh dengan bangku yang asik untuk beristirahat dari ‘walking tour’ di Mumbai Selatan.

Ada cerita menarik di balik taman ini. Dulu ada bangunan di kawasan bundaran ini yang mulai dibangun pada tahun 1821 dan tak selesai selama 12 tahun. Kemudian pada tahun 1842, kawasan ini hanya menjadi tempat yang penuh batok kelapa dan ampas-ampasnya. Komisioner Polisi, Charles Forjett berpikir untuk mengubah kawasan ini menjadi lahan hijau di tengah bangunan-bangunan apik di sekelilingnya. Idenya tersebut didukung oleh Gubernur Lord Elphinstone dan Sir Bartle Frere. Kemudian taman ini direncanakan pada tahun 1869 dan selesai dibangun pada tahun 1872.

Di sini juga ada toko Hermes loh.. kali-kali aja ada yang mau belanja cantik, ya kan?

Rajabai Clock Tower

Menara jam yang satu ini berada di University of Mumbai. Dari kejauhan sudah terlihat dan jika kamu mengikuti arahnya, kamu akan tiba di dekat Oval Maidan dan Pengadilan Tinggi Bombay. Menara setinggi 85 meter ini didesain oleh Sir George Gilbert Scott, seorang arsitek Inggris, yang dalam desainnya, dia mengikuti model Big Ben di London. Rajabai Clock Tower mulai dibangun pada 1 Maret 1869 dan selesai pada bulan November 1878. Jadi umurnya sudah lebih dari 1 abad.

Rajabai Clock Tower dari dekat
Rajabai Clock Tower dilihat dari Oval Maidan

 

Ada cerita menarik di balik Rajabai Clock Tower ini. Bangunan bersejarah ini dibangun dengan total biaya konstruksi hingga 200.000 rupee, sangat mahal pada saat itu dan seluruh biaya pembangunannya dibayar oleh Premchand Roychand. seorang broker yang mendirikan Bombay Stock Exchange. Berhubung dia adalah donatur utama, dia meminta agar menara ini dinamai dengan nama ibunya yaitu Rajabai. Ibu dari Premchand Roychand ini buta dan sebagai pengikut kepercayaan Jain yang setia, dia harus makan malam sebelum gelap. Kemudian menara jam inilah yang menolong ibunya tersebut dengan membunyikan bel sebagai tanda jam makan malam untuk si ibu.

Sayangnya ketika mampir ke bangunan bergaya Venesia dan Gothic ini, sudah tidak bisa naik ke atasnya. Hasil baca-baca di internet sih karena dulu ketika bangunan ini dibuka untuk umum, ada banyak kejadian bunuh diri dari menara tersebut. Melihat lebih dekat Rajabai Clock Tower yang pernah menjadi bangunan tertinggi di Mumbai pada masanya tersebut adalah hal seru buat kamu pecinta sejarah dan arsitektur kolonial.

Jehangir Art Gallery

Mencari hiburan gratis di Mumbai? Main-main aja ke galeri seni Jehangir ini. Dibangun pada tahun 1952, bangunan ini memiliki empat aula pameran beserta toko souvenir dan sebuah kafe bernama Samovar. Saya sempat masuk ke kafe ini, gayanya sangat klasik dengan budaya sosialis 1970an.

Pemandangan dari depan Jehangir Art Gallery

 

Salah satu lukisan yang dipamerkan di sini

 

Bangunan ini berada di kawasan Kala Golda yang mana juga dipenuhi bangunan-bangunan bersejarah. Saya sangat suka dengan bangunan di seberang Jehangir Art Gallery yaitu Elphinstone College, David Sassoon Library & Reading Room, dan juga National Gallery of Modern Art. Tak jauh dari situ, terdapat Chhatrapati Shivaji Maharaj Vastu Sangrahalaya (Dulunya Prince of Wales Museum). Salah satu objek wisata di Mumbai. Cocok bagi kamu yang ingin cari tau soal sejarah. Tapi siap-siap dengan harga tiketnya yaitu 500 rupee untuk turis asing. Makanya saya gak jadi masuk hehe berhubung budget sudah menipis di akhir perjalanan.

Afghan Church

Memang India terkenal sebagai negeri dengan mayoritas penganut agama Hindu tapi bukan mustahil kita bisa menemukan bangunan tempat ibadah agama lain, yang bahkan juga menjadi ‘landmark’ suatu kota. Contohnya saja Taj Mahal, bangunan tersebut adalah peninggalan kerajaan Islam. Nah berbeda di Mumbai, berhubung kota ini dijamuri oleh bangunan kolonial maka tak heran kamu bisa menemukan banyak gereja.

Salah satu gereja bersejarah yang sempat saya datangi adalah Afghan Church. Nama aslinya sih Church of St. John the Evangelist namun lebih dikenal dengan nama Afghan Church. Gereja ini merupakan gereja Anglican, dibangun oleh pemerintahan Inggris untuk menghormati kematian para pejuang Inggris di Perang Afghan Pertama.

Gereja ini terbuka bagi umum. Dibangun dengan bebatuan basalt dan juga batu kapur. Ketika masuk ke dalam, kita akan disambut oleh langit-langit tinggi khas gereja. Dengan nuansa desain gothic, Afghan Church ini memiliki menara dengan tinggi mencapai 60 meter. Sebuah pemberhentian menarik selagi kamu jalan-jalan di Mumbai.

Colaba Causeway

Penyuka pasar tradisional? Jangan lewatkan destinasi yang satu ini. Kebetulan saya gak sengaja melewati Colaba Causeway ketika jalan pulang dari Gateway of India. Mirip dengan pasar tradisional pada kota-kota besar di Asia, pemandangan di sini juga mirip dengan ‘Little India’ yang bisa kamu temukan di Singapura atau Kuala Lumpur.

Terus kenapa mesti mampir? Apa spesialnya? Ya gak tau.. haha ya kenapa engga? Setidaknya kamu bisa berinteraksi dengan para pedagang India yang lihai merayu. Selain itu juga bagi kamu yang suka berburu oleh-oleh, di sini bisa jadi tempat yang tepat. Tapi mesti jago tawar menawar.

Di dekat Colaba Causeway ini juga ada Regal Cinema. Waktu itu saya, Andre, dan Adjuy sempat galau apakah ingin nonton film Bollywood dan membuktikan mitos kalau orang India akan menari-nari di bioskop saat mereka menonton film. Pas mau ngantri tiket nonton, merogoh kantong, eh uangnya pas-pasan. Gak jadi deh nontonnya.. haha

Gateway of India

Gateway of India tampak samping

 

Kapal-kapal di Apollo Bunder

 

Selain CST Terminus, Mumbai juga punya landmark yang iconic namanya Gateway of India. Monumen dengan tinggi 26 meter ini dibangun selama abad ke-20. Berlokasi di perairan Apollo Bunder, monumen ini menghadap langsung ke Laut Arab.

Dulunya sebelum dibangun monumen merupakan pelabuhan yang digunakan warga lokal yang bekerja sebagai nelayan. Kemudian direnovasi dan digunakan sebagai tempat mendarat para gubernur Inggris dan orang-orang penting. Pada masa awal, Gateway of India ini adalah bangunan pertama yang akan kamu lihat ketika akan berlabuh di Mumbai. Bangunan ini juga dijuluki sebagai Taj Mahal-nya Mumbai.

Belom sah perjalanan kamu ke Mumbai kalau belum foto bareng The Gateway ini. Sebenernya saya juga agak susah bedain antara bangunan ini dengan India Gate di Delhi. Warna dan bentuk bangunannya hampir sama dan keduanya sama-sama iconic.

Taj Mahal Palace

Cantiknya Taj Mahal Palace

 

Jangan salah.. Taj Mahal juga ada loh di Mumbai. Tapi bangunan yang satu ini bukan lambang cinta dari seorang raja namun merupakan sebuah hotel bintang lima, yang ternyata bangunannya juga bersejarah.

Jika kamu sudah sampai di The Gateway of India, rasanya mustahil untuk melewatkan bangunan yang satu ini. Sama-sama menghadap Laut Arab, bangunan hotel yang cantik ini berada di sebelah kanan The Gateway of India. Dari hasil baca-baca sih, bangunan ini memiliki 560 kamar dan 44 kamar suites.

Ketika bangunan ini dibuka pada tahun 1903, hotel ini merupakan yang pertama di India yang memiliki listrik, kipas angin dari Amerika, lift dari Jerman, Turkish bath, dan kepala pelayan Inggris. Ketika melihat bangunan ini, saya langsung teringat dengan Grand Budapest Hotel.

Ada kejadian lucu ketika kami asik foto-foto di depan hotel ini. Andre dan saya didatangi oleh seorang ‘dukun’ India dengan pakaian nyentrik. Kemudian dia seolah-olah memberkati kami dengan bindi (tinta merah di jidat), memasangkan gelang dari tali, dan memberikan permen telur cicak. Kami dipaksa makan permen itu tapi saya pura-pura makan. Kan ngeri ya kalau itu permen beracun atau narkoba? hahaha

Korban jampi-jampi

 

Kemudian dukun tersebut meminta uang ke kami. Kami yang benar-benar bokek berkali-kali menolak. Lalu dia bilang “your dollar is ok”. What? Dollar? haha maksud dia mungkin uang rupiah kami. Akhirnya saya beri dia uang Rp 2000. Ya lumayan kan buat kenang-kenangan dia. Memang sih kasian, tapi itu namanya penipuan. Kami tidak meminta diberkati tapi sekonyong-konyong dia nyamber main ‘memberkati’ kami. Lalu Andre bilang “Ah Feb, gak apa-apa nih? gue takut nanti kena sial”. Saya sih santai aja.. :p

Oxford Bookstore

Sejak di Delhi, Adjuy sudah minta untuk mampir ke toko buku Oxford. Kebetulan kereta aja kami ketinggalan waktu di Delhi, jadi mana sempat untuk mampir ke toko buku Oxford. Kemudian saat berjalan kaki di dekat lapangan Oval Maidan (sebrangnya Rajabai Clock Tower), kami menemukan Oxford Bookstore yang Adjuy ingin datangi.

Jadi Adjuy ini anaknya pecinta kopi dan teh. Kebetulan dia dapat rekomendasi tempat minum teh dari temannya, entah siapa. Tapi.. rekomendasinya adalah di toko buku. Apa gak salah?

Akhirnya kami coba untuk membuktikannya langsung. Masuk ke toko buku. Tak begitu luas dan koleksi bukunya juga biasa saja. Tapi di dalam toko buku ini ada semacam kantin atau tempat ngeteh. Berhubung kami capek jalan, yaudah deh kami beristirahat sambil kongkow di sana. Adjuy memesan teh dan juga chai. Ketika datang, tampilannya sangat menarik. Rasanya? Enak-enak aja. Gak beda jauh sama chai-chai yang pernah kami coba di Jodhpur/Jaisalmer. Tapi gak seenak teh kashmir yang kami coba di pasar tradisional Jodhpur.

Chowpatty

Setelah menyeruput teh yang tak hanya menyegarkan namun juga menambah energi, kami terus berjalan menuju pesisir barat Mumbai. Tujuan utama kami sebenarnya adalah Chowpatty Beach. Meskipun tidak ingin berendam di pantai kota yang pastinya tidak bersih (ekspektasi saya seperti di Ancol) namun kayaknya seru ya nongkrong sore sambil memandangi matahari terbenam. Kebetulan ini adalah destinasi terakhir kami di India sebelum kami balik ke Hyderabad untuk terbang pulang ke Tanah Air.

Tak jauh dari Oxford Bookstore, kami sudah tiba di Marine Drive Mumbai. Wah.. Saya langsung terpukau. Kawasan pesisir ini cukup bersih dan apik. Rapih lah dibanding dengan pesisir kota Jakarta. Selain itu, di sebelah sana terlihat ‘city skyline’, bangunan-bangunan pencakar langit Mumbai.

Apartemen yang menghadap langsung ke laut

 

Santai sore bareng akamsi Mumbai

 

Pacaran kayaknya asik nih..

 

Iklan dulu dari @bro.do

 

Pemandangan di Chowpatty Marine Drive

 

Sunset di Chowpatty Marine Drive

 

Waktu menunjukkan pukul 3 sore dan memang matahari masih agak panas namun angin sepoi-sepoi berhembus dan membuat kami lupa akan panasnya hari. Di sekitar sini juga banyak orang yang entah pacaran atau sekedar main. Seru lah pokoknya!

Kami berjalan-jalan di sini menuju Chowpatty Beach. Makin jauh jalan, makin ramai. Mungkin karena hari makin teduh. Selain itu, matahari mulai mendekati cakrawala. Langit biru semakin berwarna, menyala, dan memberikan senyum terakhir untuk petualangan India kami.

Menurut saya, apapun petualangan Mumbai kamu, jangan lupa untuk menghabiskan sore di Marine Drive ini atau Chowpatty Beach. Tapi pastikan cuacanya mendukung ya!

___________________

Tampang buluk setelah 10 hari keliaran India

 

Waktu itu ketika datang ke Wego Hangout, ada mba @beradadisini yang berbicara mengenai ‘Traveling for Books’. Dia bilang di India itu banyak buku-buku impor murah, salah satunya di Mumbai. Nah.. ini bisa jadi alasan kamu untuk berkunjung ke Mumbai juga.

Kota Mumbai sih relatif aman kalau menurut saya. Ya harap berjaga-jaga dan terus berhati-hati. Layaknya jalan-jalan di Jakarta aja, gak boleh meleng dari barang bawaan dan jaga terus tasnya.

Gimana? Sudah yakin kan untuk memasukkan Mumbai ke dalam itinerary India kamu?

___________________

Bonus foto di bawah, diintip ya…

 

22 tanggapan pada “Panduan Jalan-jalan ke Mumbai”

  1. Mas….saya berencana ke Mumbai bln Maret nti. Kira2 ada referensi hotel ga yg lumayan dan bersih. Saya cuma punya waktu dr tgl 28-30 itu pun acara kondangan. Kira2 saya kemana aja dan apakah hotelnya bisa saya book lewat aplikasi? Dekat daerah chembur. Pesawat sy nyampe jam 9an pagi apa bs langsung masuk hotel atw harus book dr tgl 27 ya?

    1. Febry – 🌎

      Kalau rekomendasi hotel saya ndak punya. Coba aja cari di booking.com, biasanya saya pakai website itu untuk cari penginapan. Memang di Mumbai penginapannya agak mahal. Rata-rata jam check in itu antara jam 1 hingga jam 3 siang, jadi kalau sampai jam 9 pagi, ya gak bisa langsung masuk. Tapi lagi-lagi, coba dikomunikasikan ke hotelnya. Biasanya di hotel-hotel bisa titip bagasi/tas ketika belum bisa check in.

      Kemana saja? Kan di postingan saya sudah saya kasih tahu mas 🙂 coba dibaca ya .. Terima kasih sudah mampir.

  2. omnduut – Palembang – Bankir sesat. Pecinta buku & film yang bermimpi bisa jadi pengusaha serta bisa keliling dunia ini mengidap mamamholic sejak kecil. Sekarang tengah berjuang mewujudkan sebuah mimpi : menjadi penulis.

    Wuih udah lama gak main ke triptotrip nih 😀

    Kece ya Mumbai. Baiklah, jika nanti balik lagi ke India bakalan dimasukkan ke dalam destinasi kunjungan.

  3. Pingback: 5 Kota Wisata di India Yang Wajib Dikunjungi – TRIP TO TRIP

  4. Matius Teguh Nugroho – Bandung – Anak laki-laki yang suka kopi, pergi-pergi, dan kereta api. Yuk ngerumpi :D contact: teguh.nugroho8@gmail.com

    Chowpatty sama Gateway of India kayaknya ikonik banget. Kalo browse Mumbai di Google Image, dua obyek itu jadi dominasi hasil pencarian.

    Thanks sarannya, Feb. Keren 12 jam bisa ke banyak tempat!

      1. ceritariyanti

        Karena berombongan jadi ya ga bisa kemana2 kecuali ke tempat2 urusan bisnis. Nyebelin banget kan… paling nyusurin pantai yang ada gateway to India, sampai iseng mereka (Host) nunjukin rumah SRK. Hahaha..

  5. liandamarta.com – Personal blog of Lianda Marta. Mostly write about travel journal, culinary, and love-life story. Contact: hello@liandamarta.com

    Foto-fotonya keren-keren, Kak! Suka ngeliatnya. 🙂 Bener kata Winny, suasananya terasa seperti di Eropa ya. Kalo cuma lihat foto-fotonya aja mungkin gak ngeh kalo itu di Mumbai. 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.