Setelah mengenal sejarah mengenai India dan khususnya Jodhpur serta kekaisarannya, ini waktunya saya dan dua partner jalan untuk menelusuri kota Jodhpur yang sesungguhnya. Seperti yang saya bilang sebelumnya, Jodhpur adalah kota impian untuk dikunjungi. Kenapa? Rasanya saya sangat tertarik dengan warna-warni kota ini. Kota yang dikenal sebagai Blue City memiliki ritme kehidupannya sendiri.
Pemandangan Jodhpur
Dari Mehrangarh Fort, kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju Clock Tower Market, yang mana merupakan pusat kota dan jantung kehidupan Jodhpur. Dari ketinggian Mehrangarh Fort, terlihat sebuah menara di tengah kerumunan bangunan. Terlihat dekat dari atas, oleh karena itu kami memutuskan untuk berjalan kaki ketimbang naik auto-rickshaw.
Dari atas bukit, berjalan kaki menyusuri gang-gang di tengah perumahan warna. Tembok-tembok bangunan di sini memang mayoritas dicat dengan warna biru cerah. Tak semua memang namun variasi warna dan corak kehidupan di sini terlihat jelas, sangat hidup.
Selain perumahan warga, kami juga menemui banyak penginapan dan restoran yang menyajikan pemandangan Jodhpur dari rooftop. Wajar memang, apa lagi yang bisa dijual oleh kota ini selain pemandangan Mehrengarh Fort dan perumahan warga yang berwarna?
Kami memutuskan untuk lanjut berjalan ke Clock Tower Market. Cuaca siang bolong saat itu sangat cerah dan cukup menyengat. Tapi rasanya masih terus semangat untuk mengeksplorasi Jodhpur karena banyak sekali objek untuk dipotret.
Setibanya di Clock Tower Market, kami menjumpai beragam toko makanan, souvenir, rempah-rempah, sayuran, dan banyak lagi. Pasar tradisional ini memang dikenal dengan menara jam yang terletak di pusat nya. Tak jarang, kami juga menemui muka-muka familiar, para turis yang tadi pagi kami jumpai di Mehrangarh Fort. Kota ini memang sangat kecil, lingkupnya segitu-gitu aja, jadi wajar kalau muka yang beredar dia lagi, dia lagi.
Selain sibuk memotret dan mengamati pasar tradisional ini, kami juga sibuk mencari oleh-oleh apa yang asik dibawa pulang ke tanah air. Tapi kayaknya, di sini kalian gak bakal kehabisan ide. Salah satu yang mengundang perhatian kami adalah banyaknya toko rempah-rempah dan salah satunya adalah toko teh. Kami datang ke MV Spices, salah satu yang paling terkenal karena pernah masuk Lonely Planet. Di sana kami disambut hangat oleh seorang perempuan, yang katanya anak pemiliki si MV Spices ini.
Kami bersama beberapa turis lainnya didemonstrasikan beragam jenis teh dan cara mengolahnya. Sangat menarik! Kami disuguhkan beberapa jenis teh. Ada satu teh yang sangat menggoda iman, yaitu Kashmiri Tea dengan Saffron. Wah.. rasanya itu, saya gak bisa deskripsikan. Sebenarnya untuk harga sebungkus teh Kashmiri dengan Saffron ini tak terlalu mahal, sayang banget waktu itu budget kami benar-benar sudah menipis, alhasil kami hanya membeli Darjeeling Tea dan Earl Grey Tea serta bubuk Masala. Selain teh, ada juga bumbu-bumbu kari khas India dijual di sini. Kalau kamu membeli bumbu masak ini, kamu akan dimintai alamat e-mail untuk nantinya dikirimkan resep-resep unik dari si pemilik toko.
Puas berkeliling pasar, kami baru sadar kalau kami belum makan siang. Matahari sudah mau turun dari langit. Akhirnya kami mulai berkeliling kembali untuk mencari restoran roof top yang memiliki menu dan tempat asik. Ketika sedang berjalan di tengah gang-gang, kami ditawari oleh warga lokal sebuah restoran yang katanya punya chicken tandoori enak. Berhubung sudah capek juga, kami ikuti saja mereka. Akhirnya kami digiring masuk ke dalam sebuah penginapan berlantai 3 yang di lantai paling atas punya tempat makan roof top.
Menuju ke roof top restaurant
Hanya ada kami bertiga di restoran itu. Situasi meja makannya berdebu, membuat kami ragu. Seorang pelayan mulai menyodori menu. Kami coba memilih menunya dulu dan memang mereka punya banyak menu-menu lokal yang banyak. Seorang teman memesan Saag Paneer (sayuran bayam yang diblender bersama rempah dan bumbu) bersama roti canee, saya dan seorang teman memesan nasi goreng, standar banget ya? Tapi itu pilihan yang aman. Untuk minum, kami memesan satu teko chai atau masala tea. Untuk harga makanan dan minuman cukup standar atau sangat terjangkau.
Setelah selesai makan, kami bersantai dan terbengong menikmati pemandangan Jodhpur dari atas. Tiba-tiba seorang bapak-bapak menghampiri kami. Dia mulai mengajak ngobrol dan bertanya-tanya, seperti dari mana kami, kemana saja di India, dll. Percakapan yang cukup menarik dan ada satu ucapan beliau yang nempel di kepala. Kurang lebih dia berpesan bahwa esensi dari bepergian adalah mencari pengalaman dan petualangan. Lihat lah sebanyak-banyaknya, cari tahu, dan nikmati atmosfernya. Dia juga membahas soal kegiatan kami di pasar tadi yang mana berbelanja oleh-oleh. Dia justru bilang, gak perlu lah itu belanja-belanja. Malah kalau kami mau belanja rempah-rempah, bukan Jodhpur tempatnya, pergilah ke India selatan, tempat semua rempah dihasilkan. Mau teh? Pergilah ke Darjeeling, jangan beli di sini.
Senja di Jodhpur
Hari makin sore tapi keberangkatan kereta kami menuju Jaisalmer masih 5 jam lagi. Akhirnya karena bosan dengan tempat itu, kami memutuskan untuk mencari tempat nongkrong lainnya sambil jalan-jalan sore. Kemudian kami berhenti di sebuah bangunan khas Rajasthan yang unik. Ternyata ini adalah Hotel Haveli, yang mana memiliki restoran roof top.
Sore yang tenang di Jodhpur berlanjut, kami sudah duduk di restoran Hotel Haveli yang mana memiliki pemandangan lebih keren ketimbang restoran sebelumnya. Restoran ini juga memiliki free wifi, jadi kami bisa tersambung dan mengecek kehidupan di luar sana. Pilihan makanannya cukup beragam dan harganya juga terjangkau. Lagi-lagi, kami memesan chai hangat, sebuah teman sempurna untuk menyaksikan senja di Jodhpur.
Pingback: Panduan Jalan-jalan ke Mumbai – TRIP TO TRIP
I loved the pictures posted by you. The spice shop you mentioned and the pictures posted doesn’t matches. You were about to visit the real spice shop called MV Spices but as usual you were a tourist who was be-fooled by a duplicate shop (MM Spices). He lied to you that he was the owner (son) of the MV Spices shop’s lady. You could have atleast checked the name MV and not MM spices. These pretenders are collecting bad vibes by doing bad karmas. If they are men why don’t they do their business honestly rather than using other’s story and name. Shame a big shame on these men.
Hey Mohanlal,
Yeah I know about that, such a shame. But sorry to upload the different picture. I mean, I came to your store and served some testers with the very kind lady in MV Spices, and I bought some of your teas. Unfortunately I didn’t take a photo on your store.
Hello FabryFawazi,
Thanks for your reply. Good to know that you visited the right place and probably you met me only (Neelam-daughter of Mohanlal). Did you received the email from me with the recipes? If not, please share your email and I will send you some recipes. Thanks, Neelam-Daughter of Mohanlal
Hey Neelam, yeah.. I met you and a little boy back then. It was very pleasant service. Would love to get the recipe, you can send it to febry.fawzi@hotmail.com. Cheers!
Cakep nih..
Jodhpur ini kalau musim salju bersalju kah?
hmm kayaknya gak bersalju. Gak setinggi Ladakh.
Dari atas Jadhhpur itu nampak landai ya Feb
Pelayanan toko spice itu menyenangkan banget, dikirimi resep-resep unik kalau belanja di mereka 🙂
Aku sempat agak deg-degan waktu baca kalian disamperin bapak-bapak waktu makan di resto rooftop. Waktu di India, aku suka agak-agak parno kalau ada nyamperin gitu, soalnya solo traveling, tapi untungnya mereka itu justru cuma pengen ngobrol dan kenalan aja plus ngasih saran ini itu. Udah kebiasaan di Jakarta sih soalnya, kalau ada yang tiba-tiba nyamperin suka macem-macem ujungnya 😀
Insya Allah kalau ke India lagi, pengen khusus selusuri Rajasthan dan mampir juga ke Jodhpur. Apalagi setelah baca artikelmu ini Feb. Senja di Jodhpur nya asik banget tampaknya.
Nice article and nice photos Feb 🙂
Thanks Barz sudah baca 🙂 really appreciate it. Ngomong-ngomong, emang harus curigaan, soalnya gue mengalami hal gak enak, mungkin lain kali akan gue ceritakan.
Sama-sama Feb. Nah aku tunggu tuh cerita gak enaknya, padahal kalian bertiga ya.
sepakat sama si bapak tersebut… 🙂
wih India… ketemu sharukhan ngak ? hehehe
wkwkwk jauh – jauh ke India mentok – mentoknya ke Nasi Goreng.
tapi asik perjalanannya. eeh itu ada Bajaj ?
banyak yang kayak Sharukhan :p iya, tapi kan nasi gorengnya juga beda, rempah-rempahnya, rasanya.. hehe iya kan bajaj dari India, dipanggilnya oto’